> >

Pasca Serangan Teroris, Prancis Perkuat Penjagaan Perbatasan

Kompas dunia | 5 November 2020, 21:43 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam kunjungannya ke perbatasan Prancis - Spanyol di Le Perthus, Prancis, Kamis (5/11). (Sumber: AP Photo / Guillaume Horcajuelo)

PARIS, KOMPAS.TV – Pasca serangkaian serangan teroris di Prancis dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan Prancis akan memperkuat penjagaan perbatasan.

Dilansir dari Associated Press, Kamis (5/11), Macron mengatakan, Prancis akan menambah jumlah polisi dan tentara yang berjaga di perbatasan menjadi dua kali lipat, dari 2.400 personil menjadi 4.800 personil. Tugas para personil gabungan polisi dan tentara Prancis ini akan berfokus pada masalah imigrasi ilegal dan aktivitas penyelundupan, demikian diungkapkan Macron dalam kunjungannya ke pos perbatasan Le Perthus di perbatasan Prancis – Spanyol.  

Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Dihujani Protes Muslim Dunia

“Kita lihat jelas bahwa aksi-aksi terorisme bisa dilakukan oleh orang-orang yang bermigrasi untuk mengancam wilayah kami. Jadi kita harus memperkuat kontrol perbatasan kita demi alasan keamanan nasional,” kata Macron.

Ucapan Macron merujuk pada serangan teroris di gereja Notre Dame di Nice yang menewaskan tiga orang pekan lalu. Tersangka pelaku, Ibrahim Issaoui, adalah seorang imigran Tunisia berusia 21 tahun yang sempat singgah di Italia di bulan September dalam perjalanannya menuju Prancis. Issaoui yang terluka saat polisi meringkusnya kini berada dalam perawatan di rumah sakit Prancis.

Baca Juga: Presiden Macron Tanggapi Penembakan di Wina

Macron menambahkan, ia juga akan mendesak dilakukannya perubahan kontrol perbatasan luar Uni Eropa menjadi lebih efisien.

“Rangkaian serangan teroris di Prancis, juga di Wina, Austria beberapa hari lalu, menunjukkan pada kita bahwa ancaman terorisme ada di mana-mana, bahwa jaringan (teroris) sudah mendunia… yang memaksa Eropa untuk meningkatkan respons,” ujar Macron. Prancis akan menyerahkan proposal perubahan ini pada pertemuan Eropa bulan Desember mendatang.

Baca Juga: Linimasa Serangan Teroris di Prancis Beberapa Tahun Terakhir

Pasca serangan teroris di Nice 29 Oktober lalu, Prancis telah meningkatkan status keamanan negara itu ke level tertinggi.

Serangan di Nice merupakan serangan teroris ketiga sejak Charlie Hebdo memublikasikan kembali karikatur Nabi Muhammad saat sidang kasus serangan di kantor harian satir tahun 2015 itu mulai digelar bulan September lalu. Para teroris yang menyerang kantor Charlie Hebdo di tahun 2015 mengklaim merupakan bagian dari kelompok teroris ISIS dan Al Qaeda.

Herve Cazaux, kepala polisi perbatasan di wilayah Le Perthus mengatakan, selama tahun 2020, pihaknya telah menangkap 11.200 orang yang mencoba menyeberang perbatasan Prancis – Spanyol secara ilegal. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 5.500 orang. Peningkatan jumlah imigran ini sebagian diakibatkan oleh tutupnya perbatasan Prancis hingga Juni 2020 akibat pandemi Covid-19, hingga banyak yang mencoba menyeberang melalui Spanyol dari Aljazair dan Maroko.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU