Sama-sama Dilanda Covid-19, AS dan Eropa Gunakan Kebijakan yang Kontras
Kompas dunia | 21 Oktober 2020, 03:57 WIBNamun Gubernur Oklahoma Kevin Stitt telah berulang kali mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk memberlakukan mandat memakai masker, dengan alasan dia khawatir aturan itu tidak akan dipatuhi.
Pejabat kesehatan Oklahoma melaporkan rekor tertinggi pada Selasa (20/10/2020). Sebanyak 821 orang dirawat di rumah sakit karena virus corona. Wyoming juga melaporkan rekor jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit karena virus tersebut.
Kasus virus corona di AS melonjak dalam beberapa pekan terakhir dari rata-rata harian sekitar 42.000 kasus pada awal Oktober, menjadi sekitar 58.000 kasus saat ini. Jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak bulan Juli, menurut Universitas Johns Hopkins.
Dinamika ini sangat kontras dengan yang terjadi di Eropa. Eropa yang juga tengah menghadapi gelombang baru virus corona. Mereka berjuang melawan virus corona dengan langkah-langkah strategis seperti penguncian (lockdown) dan aplikasi ponsel pintar yang melacak penyebaran virus.
Baca Juga: Belgia Bersiap Hadapi ‘Tsunami’ Virus Corona
Di Irlandia, Perdana Menteri Micheal Martin mengumumkan penguncian mulai Rabu tengah malam. Mereka akan menutup semua toko yang tidak terlalu dibutuhkan, membatasi restoran untuk melakukan layanan, dan mengharuskan warga untuk tetap tinggal dalam jarak lima kilometer dari rumah mereka. Warga juga dilarang melakukan kunjungan ke rumah warga lain.
Aturan ini menandai kembalinya aturan pembatasan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah pada Maret lalu, meskipun sebelumnya sekolah, lokasi konstruksi dan industri manufaktur akan tetap buka.
“Jika orang-orang mematuhi aturan pembatasan yang diberlakukan hingga 1 Desember, maka kita akan dapat merayakan Natal dengan cara yang baik," kata Perdana Menteri Irlandia Michael Martin.
Namun keputusan para pemimpin Eropa untuk memberlakukan pembatasan pun menghadapi tentangan keras di tingkat lokal.
Setelah melalui perdebatan panjang, pemerintah Inggris mengatakan telah gagal mencapai kesepakatan dengan Walikota Manchester Andy Burnham, Selasa (20/10/2020). Walikota Manchester menolak langkah-langkah pembatasan baru yang ketat, tanpa bantuan atau subsidi yang mendukung pekerja dari bisnis yang terdampak dari kebijakan ini.
Menteri Perumahan dan Pemerintahan Daerah Inggris Robert Jenrick menyatakan kekecewaannya terhadap Burnham. Ia mengatakan bahwa walikota tidak bersedia mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan penyebaran virus.
"Adalah tindakan tidak benar jika kita menutup tempat kerja warga dan menutup tempat bisnis seseorang, tanpa memberi mereka dukungan yang tepat,” kata Burnham. Dia mengatakan, Manchester tengah mencari dana sebasar 90 juta pound (Rp 1.7 triliun) dari pemerintah pusat untuk membantu masyarakat melewati musim dingin. Namun belum diketahui berapa banyak dana yang akan diterima kota itu.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV