Tangisan Kim Jong Un Dinilai karena Takut Dilengserkan Rakyatnya Sendiri
Kompas dunia | 14 Oktober 2020, 18:29 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Tangisan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dinilai karena takut jika dilengserkan oleh rakyatnya sendiri.
Hal tersebut dikatakan salah seorang pakar hubungan internasional, Ramon Pacheco-Pardo sebagaimana dilansir The Sun via Kompas.com, Selasa (13/10/2020).
Profesor muda di King's College London itu menyebut bahwa tangisan Kim itu merupakan pengalihan atas semakin panasnya situasi di Korut.
Bahkan, Kim tahu dia berisiko dilengserkan rakyatnya yang kecewa, kecuali dia segera menuntaskan janji-janjinya. Kim tahu ancaman paling mengerikan adalah dari rakyatnya sendiri.
Baca Juga: Kim Jong Un Menangis Ceritakan Kesulitan Korea Utara di HUT Partai Buruh
"Kim tentu sadar jika dia masih ingin menikmati kekuasaannya, dia harus membuat janji-janjinya nyata," kata Pacheco-Pardo.
Dia mengatakan, Kim selalu menekankan bahwa rakyat Korea Utara tak perlu mengetatkan ikat pinggang. Namun, pada awal tahun ini, dia terpaksa memerintahkannya.
Menurut dia, pergantian rezim di negara penganut ideologi Juche tersebut tentu tidak akan datang dalam waktu dekat ini.
Namun, yang pasti, Kim akan mendapatkan tantangan internal. Apalagi berdasarkan studi Universitas Vienna, 60 persen populasi Korut sangat miskin.
Pacheco-Pardo menerangkan, Kim tahu Amerika Serikat (AS) tidak akan bisa menginvasi, apalagi mereka mempunyai senjata nuklir.
"Kemungkinan dari dalam. Jika Anda melihat diktator dari seluruh dunia, pergantian kekuasaannya jelas terjadi secara internal," kata dia.
Baca Juga: Wow, Kim Jong-Un Menangis dan Mengaku Ingin Berdampingan dengan Korea Selatan
Sang profesor muda yakin bahwa Kim Jong Un yang menangis itu menunjukkan bahwa dia merupakan "pria bersahaja" dan dibutuhkan Korut.
"Dia secara implisit menekankan kini adalah waktu yang tepat memulai diplomasi. Hanya dengan cara itu, maka ekonomi akan membaik," jelasnya.
Senada, Edwar Howell, peneliti di Jurusan Internasional Universitas Oxford, berujar, Kim harus bertindak jika tidak ingin pemerintahannya terguncang.
Pada 2018, dia sempat memperkenalkan kebijakan bernama "Panduan Strategis Baru". Berisi fokus mereka dari nuklir ke ekonomi.
Dengan memperkenalkan kebijakan tersebut, Howell menganalisis Kim berada dalam tekanan agar kemakmuran negara lebih diperhatikan.
"Rencana Kim setelah mendeklarasikan program nuklir Korut sudah selesai adalah perubahan drastis ke pembangunan ekonomi," papar Howell.
Baca Juga: Kim Jong Un Pamer Rudal dan Senjata Baru di Parade Militer Korea Utara
Kim Jong Un Menangis
Diketahui sebelumnya, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terlihat terisak ketika berpidato dalam parade militer untuk merayakan 75 tahun berdirinya Partai Buruh pada Sabtu (10/10/2020) pekan lalu.
Dalam tayangan yang diduga adalah rekaman itu, Kim melepas kacamatanya dan menyapu air mata saat membahas guncangan ekonomi yang melanda Korea Utara.
Kepada ribuan orang yang memadati Lapangan Kim Il Sung, Kim Jong Un menyatakan bahwa dia gagal untuk mengangkat derajat kehidupan rakyat.
"Rakyat kita sudah menggantungkan kepercayaan, setinggi langit, sedalam lautan, tapi saya gagal. Saya gagal mengangkat memuaskan kalian," kata dia.
"Untuk itu, saya minta maaf," lanjut pemimpin yang menghabiskan masa mudanya di Swiss dan menggemari keju serta olahraga basket itu.
Dia menuturkan, dia mendapatkan tanggung jawab yang sangat berat untuk memimpin pendahulunya dari dua pendahulunya, Kim Il Sung dan Kim Jong Il.
Namun, dalam pandangannya kejujuran dan usaha keras yang dilakukannya ternyata belum cukup untuk mengatasi kesulitan rakyat Korea Utara.
Baca Juga: Tampilkan Senjata Canggih di Parade Militer Korea Utara, Cara Kim Jong-Un Tingkatkan Moral Rakyat?
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV