FOTO: Warna-warni Kaus Lukis di Kampung Taman Yogyakarta
Berita foto | 15 Juli 2024, 07:00 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Ruangan berukuran sekitar 4 meter persegi di kawasan wisata Tamansari, Yogyakarta itu tampak berwarna-warni. Puluhan lukisan tertata rapi di tempat tersebut.
Media lukis di lokasi itu bukan hanya kanvas, melainkan juga puluhan kaus yang tergantung berlapis plastik. Seluruhnya merupakan karya Rudi Tayan (54).
Dulu, Rudi hanya melukis di atas kanvas, namun sejak delapan tahun terakhir ia mencoba melukis dengan media kaus, khususnya yang berbahan serat bambu. Saat ini, ia justru lebih sering melukis di kaus.
Awalnya, kata Rudi, ada seorang rekannya yang memberi saran agar ia mencoba melukis kaus untuk dijual. Kala itu sebenarnya Rudi belum berminat melukis di kaus, namun ia menuruti keinginan rekannya.
Baca Juga: Beli Lukisan Rp250 Juta Pakai Uang Kementan, SYL: Siapa yang Suruh Bawa ke Gedung Partai Nasdem?
Kaus lukis hasil karya Rudi pun dibawa oleh sang teman. Selang beberapa hari kemudian, teman Rudi kembali datang dan menyerahkan sejumlah uang karena kaus tersebut laku.
Ia pun perlahan memulai melukis di kaus, dan memajangnya bersama lukisan lain di rumahnya. Hasilnya, kaus lukis karyanya justru lebih banyak diminati.
“Dulu cuma sambilan, tapi sekarang malah jadi mata pencaharian. Lukisannya justru jadi sampingan. Tapi kadang orang beli kaus sama lukisan sekalian,” ucapnya saat ditemui di rumah sekaligus work shop-nya, di belakang kawasan Wisata Tamansari, Yogyakarta, Minggu (14/7/2024).
Ia menggunakan cat batik Remasol untuk melukis di kaus. Menurutnya, cat jenis itu memiliki warna yang lebih terang jika dibandingkan lainnya.
Sementara untuk bahan kaus, ia hanya menggunakan katun dan serat bambu. Sebab, jenis bahan kaus memengaruhi warna.
“Dari segi bahan juga ini sangat memengaruhi. Kualitas kain itu memengaruhi warna. Semakin bagus jenis kain katunnya, daya resap warna juga makin kuat.”
“Kalau sintetis itu warnanya nggak nempel, tenaga juga terbuang, kualitas warna juga kurang cerah,” tuturnya.
Meski memproduksi kaus lukis untuk dijual, pemilik Waroeng Loekis tersebut mengaku lebih mementingkan kepuasan batin dalam melukis.
“Jadi kalau laku itu kan efek. Saya itu menggambar untuk kepuasan batin, enjoy, berekspresi bebas. Kalau masalah laku itu kan efek,” tegasnya.
Untuk memproduksi satu kaus full color, Rudi membutuhkan waktu tiga hari, tetapi ia memerlukan waktu sekitar empat hari jika langsung memproduksi dalam jumlah banyak.
“Kalau langsung lima atau sepuluh bisa empat harian. Lebih cepat kalau langsung banyak. Kan dijejerkan keliling, jadi bikinnya lebih cepat.”
Proses produksi kasu lukis diawali dengan menggambari kaus menggunakan pensil. Setelah itu kemudian dilukis menggunakan cat. Lalu, setelah kering ia melapisi cat batik menggunakan waterglass.
Waterglass berfungsi untuk mematenkan warna dan menghindari adanya sisa cat yang luntur. Setelah melapisi cat dengan waterglass, kaus tersebut dicuci sebanyak beberapa kali hingga tidak ada lagi warna yang luntur.
“Fungsinya untuk mematikan warna setelah finishing. Biasanya semalam terus paginya baru dicuci untuk menghilangkan waterglass dan sisa warna,” jelasnya.
Kaus lukis produksinya banyak diminati oleh wisatawan mancanegara yang mengunjungi Tamansari. Namun, ia mengaku belum pernah melakukan ekspor kaus lukis hasil karyanya.
Baca Juga: Warga Binaan di Lapas Pohuwato Dilatih Melukis Dari Bahan Serbuk Sabut Kelapa
“Banyak tamu mancanegara, mereka banyak yang beli. Kalau lokal kan kebanyakan mikir harga juga. Kalau ngirim cuma di Indonesia, yang keluar negeri itu yang dibeli bule-bule.”
“Kisaran harganya Rp150 ribu, itu untuk kaus anak sampai Rp425 ribu, tergantung full (color) atau tidaknya, tingkat kesulitan juga,” kata Rudi.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV