Cocok untuk Kurban, Ini Jenis-Jenis Sapi yang Umum Ditemui di Indonesia
Tips, trik, dan tutorial | 19 Juli 2021, 13:14 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Besok umat musli akan melaksanakan salat Idul Adha 1442 Hijriah. Hari raya yang diwarnai dengan sunnah Nabi, yakni pemotongan hewan kurban.
Seperti ditentukan dalam syariat Islam, ada beberapa hewan ternak yang sah dijadikan sebagai hewan kurba, salah duanya yang umum di Inonesia adalah kambing dan Sapi.
Sebagai referensi mencari-cari hewan kurban, khususya sapi yang sehat dan punya gizi tinggi, berikut sebagian kecil dari jenis-jenis sapi yang ada di Indonesia.
Cocok untuk hewan kurban. Dilansir dari Tribunnews, ini 7 jenis sapi yang umum ditemui di Indonesia:
1. Sapi Limousine (Limosin)
Sapi Limosin merupakan sapi dari bangsa Bos taurus yang dikembngkan pertama di Prancis. Ia merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental.
Sapi Limosin memiliki bulu berwarna cokelat tua kecuali di sekitar ambing yang berwarna putih serta lutut ke bawah dan sekitar mata yang berwarna lebih muda.
Tubuhnya berukuran besar, panjang, padat, dan kompak.
Keunggulan sapi jenis ini adalah pertumbuhannya yang sangat cepat. Secara genetik, sapi Limosin merupakan sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin. Di Indonesia, sapi Limosin kerap disilangkan dengan sapi peranakana Ongole, sapi brahman, atau sapi Hereford.
Meski harganya melangit, namun dari hari ke hari permintaan hasil ternak sapi Limosin terus meningkat. Terlebih menuju hari raya kurba. Bahkan, para peternak dan pedagang kerap kewalahan memenuhi permintaan karena stok dan suplai yang masih sangat terbatas.
Kualitas daging sapi Limosin juga dinilai mengandung gizi tinggi. Limosin lebih tahan terhadap serangan berbagai macam penyakit, terutama antraks yang kerap merugikan banyak peternak.
2. Sapi Brahman
Sapi Brahman merpakan keturunan sapi zebu atau Bos indiscuss. Berasal dari India, namun kemudian masuk ke Amerika Serikat pada 1849 dan berkembang pesat di sana.
Di AS, sapi Brahman juga ditingkatkan mutu genetiknya, dan setelah berhasil kemudian diekspor ke berbagai negara. Jenis mulai menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda.
Sapi Brahman memiliki ciri khas berpunuk besar dan berkulit longgar. Punya gelambir di bawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipata, serta memiliki telinga panjang yang menggantung dan berujung runcing.
Sapi ini merupakan tipe sapi potong terbaik. Ia pun tak terlalu selektif terhadap makanannya, jenis pakan apapun akan ia makan, termasuk pakan yang jelek sekalipun.
Sapi Brahman lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas. Di Australia, sapi Brahman kerap disilangan dengan sapi dari bangsa lain seperti Simmental, Hereford, dan Limousin, hasilnya kemudian dinamakan Brahman Cross.
Hasil persilangan tersebut sudah masuk ke Indonesia sejak 1985 melalui program bantuan Asian Development Bank (ADB).
Sapi Brahman cocok dikembangkan di tempat dengan iklim tropis seperti Indonesia. Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi Brahman Amerika yang diimpor Australia pada tahun 1933.
Baca Juga: Sapi Qurban Presiden Jokowi Tiba di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya
3. Sapi Simmental
Sapi Simmental merupakan bangsa Bos taurus yang berasal dari daerah Simme di Switzerland. Namun, saat ini Simmental berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika.
Sapi Simmental merupakan sapi perah dan pedaging dengan warna bulu cokelat kemerahan, di bagian muka dan lutut ke bawah serta ujung ekor berwarna putih. Jantan dewasanya dapat mencapai berat badan hingga 1.150 kg, sedangkan untuk betinanya bisa mencapai 800 kg.
Bentuk tubuh sapi Simmental kekar dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara di tempat dengan iklim sedang. Presentase karkas sapi jenis ini tinggi dan mengandung sedikit lemak.
Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat.
4. Sapi PO (Peranakan Ongole)
Sapi Peranakan Ongole atau PO merupakan hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole dengan sapi betina lokal di Jawa yang berwarna putih.
Sapi PO yang murni, saat ini sudah mulai sulit ditemukan karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. PO merupakan sapi lokal berwarna putih, berkelasa, dan memiliki gelambir.
PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja dengan tenaga yang kuat serta memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan.
Soal reporduksi, sapi PO memiliki aktivitas reporduksi yang cepat, sapi PO jantan juga memiliki semen yang baik. Pemiliki bentuk muka agak cembung serta pendek dengan lingkar mata berwarna hitam. Bermoncong rata dengan warna hitam. Tanduknya berwarna gelap dan lengkungannya mengarah ke belakang.
Sapi PO betina memiliki tanduk lebih panjang ketimbang sapi PO jantan.
Berat sapi PO yang baru lahir bisa mencapai 28 kg.
5. Sapi Ongole
Sapi Ongole merupakan keturunan sapi liar dari bangsa Bos indicus yang berhasil dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi Ongole dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Sumba Ongole (SO) dan Peranakan Ongole (PO).
Sumba Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang didatangkan tahun 1914. Sapi ini dikembangkan secara murni di Pulau Sumba dan merupakan sumber indukan sebagian besar Ongole di dalam negeri.
Persilangan antara Sumba Ongole dengan sapi setempat di Jawa menghasilkan anakan yang mirip sapi Ongole sehingga sapi ini disebut dengan sapi Peranakan Ongole.
Sapi Peranakan Ongole merupakan sapi yang banyak dicari di pasaran saat hari raya Kurban. Di beberapa daerah di luar pulau Jawa, sapi jenis Peranakan Ongole merupakan sapi dengan populasi terbesar kedua setelah sapi Bali.
Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar, dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir, dan lutut berwarna hitam, terutama sapi jantan.
Sapi Ongole memiliki kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau kehitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam.
Sapi Ongole memiliki kepala pendek dengan profil melengkung, mata besar dengan sorot yang tenang. Bobot maksimal sapi dewasa jenis ini adalah 600 kg dan sapi betina dewasa 400 kg.
Persentase karkas 45-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 :1.
Baca Juga: Konsumen Dinilai Lebih Pilih Kambing Ketimbang Sapi untuk Hewan Kurban Iduladha 2021
6. Sapi Madura
Sapi Madura merupakan jenis sapi potong asli Indonesia yang pada awalnya banyak ditemukan di Madura. Saat ini, sapi Madura sudah menyebar ke seluruh wilayah di Jawa Timur.
Sapi Madura pada mulanya terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu, yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.
Karakteristik sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Tanduk pada sapi Madura jantan berukuran antar 15 sampai 20 cm, sedangkan pada betinanya berukuran 10 cm. Meski berukuran kecil, namun sapi Madura memiliki punuk.
Secara umum, sapi Madura memiliki beberapa keunggulan di antaranya mudah dipelihara, mudah berkembang biak, tehan terhadap berbagai penyakit, serta tahan terhadap pakan kualitas rendah. Karena itu, sapi Madura banyak diminati para peternak bahkan para peneliti dari negara lain.
7. Sapi Bali
Sapi Bali yang memiliki nama latin Bos sondaicus telah dipelihara dan dibudidayakan oleh masyarakat sejak 3.500 SM di sekitar pulau Jawa, Lombok, dan Bali.
Sejarah sapi Bali berawal dari banteng yang berhasil dijinakkan berabad-abad yang lalu. Abad ke-19 sapi Bali mulai menyebar ke Lombok, kemudian abad ke-20 masuk ke Sulewasi Selatan, dan sejak tahun 1962 masuk ke wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Tidak hanya menyebar di Indonesia, sapi ini diketahui juga menyebar sampai ke Australia, Malaysia, dan Filipina.
Sapi Bali yang berasal dari banteng mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena cara hidupnya dan bukan karena pengaruh kawin silang dengan sapi jenis lain.
Di antara perubahan itu adalah ukurannya yang sedikit lebih kecil dibandingkan dengan banteng, terutama pada bobot dan tinggi badan.
Jenis sapi Bali memiliki tingkat karkas yang tinggi dibandingkan dengan sapi lokal yang lain, yaitu sekitar 53,26%, Peranakan Ongole 46.9%.
Perbandingan antara daging dan tulang yaitu sekitar 4,4 :1. Kendati mengalami perubahan ukuran dan bobot badan, secara kesuluruhan ciri-ciri sapi bali masih sama dengan banteng sebagai moyangnya.
Baca Juga: Pemeriksaan Hewan Kurban Jelang Idul Adha, 200 Ekor Sapi Ditemukan Tidak Layak Kurban
Penulis : Hedi Basri Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV