Sejarah EURO 2020, Gemuruh Sorai "Sepakbola Pulang ke Rumah" Saat Inggris Bantai Belanda
Serba serbi | 8 Juni 2021, 19:50 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Ada yang menyebut Inggris sebagai tempat sepakbola diciptakan dan populer. Meski begitu, salah satu negara raksasa dalam sepakbola ini tak bisa bersinar banyak di kompetisi benua Eropa EURO.
Inggris sebenarnya tak kekurangan bakat. Sepanjang 2001-2007 Inggris memiliki generasi emas yang terus jadi favorit juara.
Ada nama-nama, seperti Garry Neville, John Terry, Steven Gerrad, Paul Scholes, Frank Lampard, Wayne Rooney, hingga Michael Owen dalam generasi itu.
Baca Juga: Jose Mourinho: Skuad Inggris di Euro 2020 Sangat Bagus, Mereka Harusnya Juara
Nyatanya, Inggris tak bisa berbuat banyak di EURO. Mereka tak bisa pula menyamai capaian saat menjadi kampiun Piala Dunia pada 1966.
Kini, masyarakat Inggris terlihat sudah tak berharap banyak pada timnas sepakbola mereka karena kerap kali dikecewakan.
Namun, ada masanya para pendukung Inggris memiliki harapan besar dan memberi dukungan menggebu-gebu.
Salah satu momen itu muncul dalam EURO 1996 di mana Inggris menjadi tuan rumahnya.
Nyanyian “Sepakbola Pulang ke Rumah” terdengar di sepenjuru Inggris saat negara itu menjadi tuan rumah EURO 1996.
Ketika EURO mulai berlangsung, antusiasme para penggemar sepakbola di Inggris makin meluap-luap.
Masyarakat Inggris percaya betul timnas sepakbola mereka dapat keluar sebagai kampiun EURO 1996.
Meski begitu, timnas Inggris harus memulai turnamen dengan hasil imbang 1-1 saat menjamu Swiss.
Setelah itu, Inggris berhasil menang 2-0 atas Skotlandia. Namun, Inggris menang dengan penampilan yang tak menyakinkan karena tak berhasil mencetak gol pada babak pertama.
Pertandingan Terbaik
Inggris berhadapan dengan Belanda, salah satu favorit juara saat itu, di laga terakhir babak penyisihan grup.
Laga melawan Belanda ini disebut-sebut sebagai laga pertandingan terbaik Inggris sepanjang sejarah EURO.
Belanda sendiri datang membawa banyak pemain Ajax yang baru menjuarai Liga Champions tahun sebelumnya.
Baca Juga: Ini Daftar Lengkap Jadwal Big Match di Penyisihan Grup EURO 2020
“Kami bermain melawan sebuah tim yang kami harapkan akan mendominasi penguasaan bola, tetapi seakan-akan timnas Inggris menjelma orang asing dalam satu malam,” tulis Garry Neville mengenai pertandingan itu, dikutip dari The Guardian.
Mulanya, pelatih Terry Venable memberikan pidato penyemangat. Venable mengoceh selama satu setengah jam menganalisis kekuatan dan kelemahan Inggris serta Belanda.
“Ia jelas-jelas menunjukkan bahwa ini akan menjadi salah satu pertandingan terbesar dalam hidup kami,” tutur Paul Gascoigne, gelandang Inggris paling berbakat di generasinya..
“Seluruh pemain meninggalkan pertemuan itu dengan yakin bahwa mereka lebih baik dari lawannya (Belanda),” kata kapten Inggris ketika itu, Tony Adams.
Pertandingan itu berjalan serasa final kepagian. Ini tak lepas dari kehadiran suporter Inggris dan Belanda yang memenuhi Stadion Wembley.
Kedua tim pun memperlihatkan permainan kualitas tinggi dan tempo yang cepat. Belanda dengan cepat berusaha mengontrol permainan.
Sementara, pemain Inggris tak mau kalah. Mereka bermain dengan percaya diri dan seperti tanpa beban.
“Kamu kelihatannya kaget, Brian. Seperti katamu: ‘Pergerakan yang baik dan umpan yang baik dari Inggris’. Kita bisa bermain sebaik Belanda, kita hanya harus sedikit lebih percaya pada tim kita sendiri,” ujar Kevin Keegan saat mengomentari pertandingan itu.
Inggris fokus menjaga jarak antar lini agar siap melakukan serangan balik sewaktu-waktu. Satu kesempatan muncul sekitar menit ke-20.
Teddy Sheringham mengumpan ke Steve McManaman yang bergerak bebas menembus pertahanan Belanda. Ia lalu mengumpan ke Paul Ince yang berlari cepat.
Ince melakukan gerakan memutar untuk menerima bola sekaligus melewati bek Belanda. Danny Blind secara instingtif menjulurkan kakinya mencegat, tetapi malah menjatuhkan Ince.
Inggris mendapat hadiah tendangan penalti. Alan Shearer mengeksekusi penalti itu dengan sempurna dan membuat Inggris unggul.
Suporter Inggris di Wembley bersorak, melompat dan berpelukan. Stadion tua itu bergemuruh.
Usai gol itu, Belanda kembali mendominasi babak pertama. Mereka mendapat 8 peluang, tetapi kiper David Seaman menyelamatkan Inggris berkali-kali.
Di tengah gempuran Belanda itu, peluit penanda akhir babak pertama menyelamatkan Inggris.
Baca Juga: Tujuh Pemain dengan Caps Terbanyak bersama Timnas di Euro 2020: Cristiano Ronaldo Enggak Ada Lawan!
Babak Kedua
Pada awal babak kedua, Inggris kembali tancap gas. Paul Gascoigne melakukan tendangan sudut pada menit 51.
Umpan Gascoigne melayang anteng. Sheringham menyongsong bola dan berhasil menang dalam duel dengan Aron Winter.
Sundulan Sheringham meluncur ke arah gawang melewati gelandang Clarence Seedorf dan kiper Edwin van der Sar. Inggris unggul 2-0.
Inggris ternyata belum mau berhenti pesta gol. Enam menit setelah gol kedua, Gascoigne dan McManaman memperlihatkan permainan terbaik Inggris sepanjang turnamen.
Keduanya melakukan umpan satu dua untuk melewati 3 pemain Belanda. Gascoigne menusuk ke dalam kotak penalti Belanda.
Umpan balik McManaman hampir ditahan bek Belanda, tetapi Gascoigne berhasil mengontrol bola dan memberi umpan kepada Sheringham yang berdiri bebas.
Bek Belanda Johan de Kock bersiap menahan tendangan Sheringham dengan badannya. Namun, Sheringham justru mengumpan ke Alan Shearer di sudut kotak penalti. Tanpa penjagaan, Shearer langsung menghajar bola dengan keras tanpa terlebih dahulu mengontrolnya.
Bola menghujam sudut kanan atas gawang Belanda. Wembley kembali bergemuruh. Inggris 3, Belanda 0.
Ketika itu, kamera televisi menyorot pelatih Belanda Guus Hiddink. Wajah Hiddink menunjukkan kebingungan dan ketakutan.
Ketakutan Hiddink makin sempurna 5 menit kemudian. Menerima umpan dari Shearer, Darren Anderton bergerak bebas melintang di depan kotak penalti.
Melihat ada kesempatan, Anderton menendang keras ke pojok kiri bawah gawang Belanda. Van der Sar tak kuasa menangkap bola tendangan Anderton.
Dengan sigap, Sheringham menerima bola muntahan dan menendang ke arah kiri gawang Belanda. Bek Belanda Winston Bogarde dan van der Sar tak bisa berbuat banyak.
“Sekarang kita-kita mencapai hal yang tak mungkin!” seru komentator Kevin Keegan.
Inggris unggul 4-0. Tiga gol di antaranya dicetak dalam jangka waktu 11 menit saja!
Baca Juga: EURO 2020, 7 Pertandingan Paling Menakjubkan dalam Sejarah Piala Eropa
Padahal, Belanda menguasai pertandingan dan membuat lebih banyak peluang. Namun, Dennis Bergkamp dan penyerang Belanda lainnya tak mampu mengonversi peluang secara efektif.
Hiddink pun memasukkan pemain muda Patrick Kluivert. Kehadiran Kluivert langsung memberikan dampak besar.
Pada menit ke-62, Bergkamp melakukan tendangan memutar. Bola menerobos melewati bek Inggris Gareth Southgate.
Pada saat bersamaan, Kluivert berlari masuk ke kotak penalti menerima umpan Bergkamp.
Bola memantul ke tanah, lalu kembali melambung pendek. Tanpa mengontrolnya, Kluivert menyepak saat bola hampir menyentuh.
Tendangan Kluivert membuat bola menyusuri tanah dan lewat tepat di bawah kaki kiper David Seaman.
Gol hiburan itu memungkasi pesta kemenangan Inggris. Skor 4-1 bertahan hingga laga berakhir.
Hasil itu mengejutkan seluruh Inggris. Masyarakat berpesta. Para pemain Inggris ramai-ramai menyanyikan lagu “Three Lions” dan ikut dalam mandi bersama.
Koran-koran Inggris memajang headline hiperbola soal kemenangan Inggris itu. Sementara, pelatih Inggris Terry Venable bernapas lega/
“Aku bisa tidur dengan mudah sekarang. Hasil ini membuat seluruh kerja keras, perencanaan dan perasaan khawatir selama bertahun-tahun terbayar lunas. Aku penuh dengan rasa bangga karena mengalahkan Belanda, seperti ini benar-benar berarti besar buatku,” ujar Venable.
“Kami menggasak mereka. Tak ada keraguan soal itu-menyenangkan bisa mengatakan itu, tapi itulah yang kami lakukan,” imbuh Venable berseri-seri.
Antiklimaks
Usai pertandingan itu, Inggris berhadapan dengan Spanyol di laga perempat final. Dengan susah payah, Inggris berhasil menaklukkan Spanyol lewat adu penalti.
Pada semifinal, laju Inggris tertahan Jerman. Mereka melakukan kesalahan sama yang dilakukan Belanda: membuat banyak peluang, tetapi tak bisa mencetak gol.
Baca Juga: Inggris Kembali Jadi Unggulan di Euro 2020, Harry Kane: Tak Ada yang Ingin Bertemu Kami!
Dengan hasil imbang 1-1, Inggris mesti kembali menghadapi babak penalti. Gareth Southgate gagal mengeksekusi tendangan ke-6.
Mimpi mengembalikan “sepakbola ke rumah” berakhir sudah. Inggris hanya bisa menjadi saksi saat Jerman menggondol Piala Eropa 1996.
Tak cuma itu, skuad Jerman juga menyanyikan lagu Three Lions dalam pesta kemenangan mereka.
“Kami menggondol piala dan lagunya,” kata Jurgen Klinsmann, kapten Jerman pada EURO 1996.
Penulis : Ahmad-Zuhad
Sumber : Kompas TV