Apa Bedanya Kalung Antivirus Corona Buatan Kementan vs Kalung Shout Out Jepang?
Lifestyle | 4 Juli 2020, 10:55 WIBKOMPASTV - Kalung antivirus corona buatan Kementan yang diklaim mampu mencegah corona dan siap diproduksi massal ternyata mengundang perhatian publik.
Sebelum kalung Antivirus corona versi Kementan di rilis pada 8 Mei 2020, ada satu produk yang serupa yakni kalung antivirus dari jepang yang lebih dulu beredar sejak awal Maret 2020.
Kalung 'Virus Shut Out' juga mencuri perhatian di tengah wabah Covid-19. Produk ini diklaim bisa melindungi penggunanya dari virus patogen selama 30 hari per produk.
Kalung ini menjadi pribadi anti-virus dan anti-bakteri. Cara kerjanya, melepaskan konsentrasi rendah klorin dioksida untuk menghilangkan kuman dan virus di udara sekitarnya dengan jarak 1-2 meter.
Mengutip EPA.gov, Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) mengumumkan telah mencegah beberapa pengiriman produk kesehatan ilegal dari memasuki pelabuhan Pasifik A.S. di bawah undang-undang pestisida federal.
Kalung bernama Virus Shut Out, tidak terdaftar dengan EPA. Karena itu, keamanan dan kemanjurannya terhadap virus belum dievaluasi. Selain itu, pelabelannya - termasuk petunjuk penggunaan - tidak disediakan dalam bahasa Inggris seperti yang disyaratkan oleh hukum, dan materi iklan online berisi klaim yang menyesatkan tentang keamanan dan efektivitasnya.
"Sangat penting bahwa orang hanya menggunakan disinfektan terdaftar EPA dan mengikuti petunjuk label untuk penggunaan yang tepat," kata Administrator Regional EPA Pasifik Barat Daya John Busterud.
"EPA tidak akan mentolerir perusahaan yang menjual desinfektan ilegal dan membuat klaim kesehatan masyarakat yang salah atau menyesatkan selama krisis pandemi ini."
Lantas apa bedanya dengan kalung yang diproduksi Kementerian Pertanian (Kementan)?
Seperti diketahui Kementan melaunching inovasi antivirus corona, berbasis eucalyptus di ruang utama Agriculture War Room (AWR),
Produk inovasi ini merupakan hasil uji lab para peneliti pertanian yang dinilai mampu menangkal penyebaran virus.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang didampingi Kepala Balitbangtan Fajry Jufri dan Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono mengatakan, bahwa terobosan ini memiliki hasil pengujian eucalyptus terhadap virus influenza, virus Beta dan gamma corona yang menunjukkan kemampuan membunuh virus sebesar 80-100 persen.
"Bahkan Balitbangtan membuat beberapa prototipe eucalyptus dengan nano teknologi dalam bentuk inhaler, roll on, salep, balsem, dan defuser. Kami akan terus kembangkan dengan target utamanya korban terpapar virus covid 19," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Sebagai informasi, saat ini ada sekitar 700 jenis eucalyptus di dunia dengan kandungan bahan aktif yang beragam. Namun bahan aktif utamanya terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus.
"Insya Allah ini akan berhasil. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk takut terhadap virus ini, tetapi kita juga harus terus waspada. Saya berharap inovasi ini bisa cepat dibagikan kepada masyarakat luas," lanjut Syahrul Yasin Limpo.
Sementara itu, Kepala Balitbang Fajry Jufri menjelaskan bahwa penelitian ini sebenarnya adalah hasil identifikasi melalui beberapa tanaman herbal dari jamu-jamuan seperti temulawak, jahe, jambu biji, dan minyak Atsiri.
Kemudian setelah dilakukan uji efektivitas bahan aktif yang terkandung didalamnya, maka langkah selanjutnya adalah membawa hasil penelitian ke laboratorium. Baru setelahnya inovasi ini bisa dikatakan sebagai produk kekebalan tubuh dan tahan terhadap paparan virus.
"Kami sudah mencobanya kepada yang terpapar virus covid-19 dan hasilnya sangat baik. Namun untuk itu kita masih harus menunggu dari pihak terkait untuk dapat didistribusikan," beber Fajry.
Penulis : Ade-Indra-Kusuma
Sumber : Kompas TV