> >

Melihat Palestina dari Film Pendek: Soal Kecemasan, Kematian, dan Komedi

Film | 27 Oktober 2024, 23:58 WIB
Film Mar Mama (Sumber:MAD Distribution)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Jakarta Film Week Festival yang berlangsung pada 23-27 Oktober menampilkan sesi berisi empat film pendek Palestina.

Keempatnya (Palestina Island, An Orange From Jaffa, A Short Film About Kids dan Mar Mama)   diputar di Teater Asrul Sani Taman Ismail Marzuki tanpa jeda.

Meski tanpa jeda, tetapi bisa melihat gambaran Palestina yang dirusak oleh agresi Israel dari sisi yang berbeda.

Bukan tentang perang, namun dampak perang dan kekerasan yang terjadi terhadap perempuan, anak-anak, para pengungsi. 

Mar Mama misalnya, menggambarkan seorang anak yang kehilangan ibunya dan kemudian diasuh oleh ayahnya.

Namun obsesi kematian sudah merasuk jiwa sang gadis kecil itu (dimainkan Lana Abu Srour).

Untuk mengalihkan perhatian, sang ayah memberinya kamera agar dia bisa membuat film dengan tokoh-tokoh dari boneka.

Baca Juga: Lebih dari 150 Warga Palestina Tewas dan Terluka Akibat Serangan Udara Israel di Jabalia, Gaza Utara

Hingga suatu ketika, dua tentara Israel datang ke rumahnya.

Sang sutradara, Majdi El Omari, menutup film dengan gambar selongsong peluru dari tentara itu yang mengenai boneka puteri sang gadis kecil hingga terjungkal.

Panggilan "Papa" dan suara ringkih kuda membawa sang gadis keluar rumah.

Sutradara membiarkan penonton memberi tafsir dari cerita ini, namun memberi simbol yang sanga kuat: peluru dan anak gadis.

Sementara dalam film An Orange From Jaffa mengisahkan Mohamed Almughani (dimainkan Samer Bisharat) yang akan mengunjungi ibunya.

Namun harus melewati daerah checkpoint yang dijaga tentara Israel.

Mohammed diantar sopir taksi Farouk (Kamel El Basha), lelaki tua yang tertekan dengan kehidupan sehari-hari.

Di checkpoint taksi mereka ditahan petugas tanpa alasan jelas walaupun dokumen sudah diberikan.

Mereka dibiarkan tanpa kepastian hingga larut senja. 

Adegan dalam Film An Orange from Jaffa  (Sumber: European Film Award)

Digambarkan betapa para tentara Israel yang bertugas terlihat diskriminatif.

Tanpa memperhatikan kecemasan dari orang dalam taksi, para tentara itu malah asyik selfi di antara mereka.

Mohammed dan Farouk, dua warga Palestina itu tampak pasrah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan.

Tapi saat diinterogasi, mereka bisa iseng mengambil beberapa jeruk petugas tanpa ketahuan.

Meski kesal, mereka bisa tertawa sambil makan jeruk.

Film berdurasi 20 menit ini cukup menghibur di tengah kondisi ketegangan masyarakat Palestina. 

Yang tak kalah menyentuh adalah film A Short Film About Kids, mengisahkan empat anak-anak yang tinggal di kamp pengungsian, berkeinginan untuk melihat laut.

Disutradarai Ibrahim Handal, serba keterbatasan di pengungsian yang selama ini sering diberitakan, terlihat menyentuh dalam film. 

Lewat empat anak-anak polos, penonton diajak memberi empati para para pengungsi Palestina.

Cerita tentang pengungsian juga bisa dilihat dari Palestian Island, tentang Maha, yang berada di pengungsian Betlehem bersama ayahnya yang buta.

Maha meyakinkan kepada sang ayah, bahwa mereka akan kembali ke rumah.

Sebuah simbolisasi dari upaya dari banyak warga Palestina yang ingin kembali ke tanah airnya dengan damai tanpa tekanan Israel.

Baca Juga: Terungkap, Tentara Israel Gunakan Tawanan Palestina sebagai Tameng Manusia di Gaza

Keempat film tersebut cukup berhasil membawa gambaran dampak agresi Israel, lewat kacamata anak-anak dan orang-orang yang berada di pengungsian.

Mereka yang tanpa senjata dan lemah, mengetuk hati dunia untuk menengok kondisi Palestina saat ini.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU