Kisah Bangkitnya Bioskop Independen di Los Angeles, Peluang dan Inspirasi Investasi di Indonesia
Film | 29 September 2024, 23:05 WIBBaca Juga: Festival Sinema Prancis 2023 Digelar, Tampilkan Lebih dari 19 Film di 14 Kota Seluruh Indonesia!
Tantangan yang Terus Dihadapi
Seperti bioskop di seluruh AS, bioskop di Los Angeles juga menghadapi tantangan akibat pandemi, termasuk kurangnya film yang tersedia karena pemogokan industri film. Tidak semua bioskop berhasil menemukan penyelamat seperti Tarantino atau Reitman.
Penutupan Cinerama Dome pada April 2021 menjadi kehilangan besar bagi penggemar film di Los Angeles. Meskipun dimiliki oleh ArcLight Cinemas ketika tutup, Dome telah menjadi simbol Hollywood dan sering digunakan untuk premier film. Namun, masa depan Dome masih belum jelas, meskipun perusahaan induknya, Decurion Corporation, mendapatkan izin menjual minuman keras di multiplex tersebut pada tahun 2022.
Banyak bioskop yang bertahan dengan bantuan dana seperti program federal Shuttered Venue Operators Grant senilai $16 miliar, yang digunakan Laemmle selama pandemi. Meski begitu, pemulihan penuh masih berjalan lambat.
"Dana ini memberikan stabilitas sementara, tapi masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi," ujarnya. "Situasi masih belum jelas."
Baca Juga: Menang di Melbourne, Film PURUN Kembali Menang di London Fashion Film Festival 2024
Apakah Kebangkitan Ini Hanya Terjadi di Hollywood?
Menurut Bryan Braunlich, direktur eksekutif National Association of Theatre Owners Cinema Foundation, kebangkitan bioskop independen di Los Angeles mungkin dipengaruhi oleh sejarah dan budaya kota ini, yang penuh dengan bioskop bersejarah. Tarantino mungkin tidak akan membeli bioskop yang hampir tutup di Peoria, Illinois, namun menurut Braunlich, hal ini tetap bisa berdampak di kota-kota lain.
"Para pembuat film di Hollywood berkata, 'Bioskop itu penting,'" ujarnya. "Ada banyak pemilik bioskop independen yang berhasil di seluruh negeri, dan saya pikir ini memberi mereka semangat untuk terus berkarya dan berkembang."
Duplass pun mengenang pengalamannya menonton film Raising Arizona bersama orang tuanya di Vidiots. "Waktu itu, saya masih kecil, dan sekarang usia saya sama seperti usia orang tua saya ketika pertama kali menonton film itu bersama di bioskop. Saya bisa menggenggam tangan ayah saya saat kami menangis di adegan terakhir," katanya. "Kami tidak hanya berbagi film, tapi juga berbagi perjalanan waktu di tempat favorit kami, yaitu bioskop."
Baca Juga: Marcella Zalianty Ingin Angkat Kisah Laksamana Malahayati Jadi Film
Inspirasi Investasi Jangka Panjang Berbasis Idealisme yang Penuh Cuan di Indonesia
Dengan kebangkitan bioskop independen di Los Angeles sebagai contoh, para investor di Indonesia memiliki peluang besar untuk berkontribusi pada industri hiburan yang sedang berkembang. Penonton muda di Indonesia terus mencari pengalaman hiburan yang lebih personal dan bermakna, dan bioskop independen bisa menjadi jawaban bagi kebutuhan ini.
Selain itu, dengan semakin banyaknya film Indonesia yang mendapat pengakuan internasional, bioskop independen bisa menjadi platform untuk memperkenalkan karya-karya sutradara lokal kepada penonton yang lebih luas. Kombinasi antara program film yang beragam, pengalaman komunal yang kuat, dan dukungan dari investor visioner dapat membantu menciptakan ekosistem film yang berkelanjutan di Indonesia.
Sebagaimana yang diungkapkan Bryan Braunlich, direktur eksekutif National Association of Theatre Owners Cinema Foundation, "Para pembuat film di Hollywood menunjukkan bahwa bioskop itu penting."
Pesan ini relevan bagi para investor di Indonesia, yang dapat memainkan peran penting dalam memajukan bioskop independen dan memberikan kontribusi nyata pada perkembangan industri film nasional.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press / Kompas TV