Apa Itu Anemia Aplastik yang Diidap Babe Cabita sebelum Meninggal? Ini Penyebab dan Gejalanya
Selebriti | 9 April 2024, 12:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024) pukul 06.38 WIB. Ia sempat memiliki riwayat penyakit anemia aplastik.
Babe Cabita meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan .
Sahabat Babe, Kevin Kautsar mengatakan Babe Cabita akan dimakamkan sore ini di TPU Cireundeu, Tangerang Selatan.
“Dimakamkan hari ini setelah salat Ashar, di pemakaman umum Cireundeu kec. Ciputat Timur Tangerang Selatan,” tulis Kevin Kautsar di Instagramnya.
“Mohon dimaafkan segala khilaf dan salah," lanjutnya.
Baca Juga: Profil Babe Cabita, Meninggal Dunia di Usia 34 Tahun, Terkenal Lewat Stand Up Comedy
Mengidap Anemia Aplastik Sejak Akhir 2023
Sejak akhir tahun 2023, kondisi kesehatan komika Babe Cabita memang sudah dikabarkan menurun.
Awalnya, Babe Cabita mengalami demam dan didiagnosa mengidap Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sayangnya, setelah mendapatkan perawatan intensif, demam yang dirasakan Babe tak kunjung turun selayaknya pasien DBD lain yang akan membaik.
Sebaliknya, kondisi Babe Cabita semakin drop ketika bukan hanya trombosit yang turun drastis, namun juga Leukosit, HB, dan trombosit ikut menurun drastis.
Setelah dilakukan pemeriksaan, rupanya Babe tidak menderita DBD, melainkan anemia aplastik.
Babe sempat kesulitan mendapatkan leukosit untuk melakukan transfusi hingga meminta bantuan Kaesang Pengarep.
Untungnya, usai meminta bantuan Kaesang melalui teman dekat anak Presiden Joko Widodo tersebut, ia langsung mendapatkan darah beserta trombositnya.
Baca Juga: Komika Babe Cabita Meninggal Dunia, Sempat Derita Penyakit Anemia Aplastik
Apa Itu Anemia Aplastik?
Melansir laman rsutjokronegoro.purworejokab.go.id, anemia aplastik adalah jenis anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel induk di sumsum tulang.
Penyakit ini ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya keganasan sistem hematopoietik ataupun metastasis keganasan ke sumsum tulang.
Secara epidemiologis, ditemukan lebih dari 70% anak-anak menderita anemia aplastik derajat berat pada saat diagnosis.
Penyakit ini lebih jarang dijumpai di negara Barat dibandingkan di Asia, termasuk Indonesia.
Perbedaan insiden ini diperkirakan oleh karena adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida serta isidens virus hepatitis yang lebih tinggi.
Gejala Anemia Aplastik
1. Mual
2. Ada darah dalam urine
3. Perut dan kaki yang membengkak
4. Ruam (anemia rash) , menyerupai bercak atau bintik merah dan paling sering terjadi di area leher, lengan, dan kaki.
Baca Juga: Kabar Duka! Komika Babe Cabita Meninggal Dunia
Penyebab Anemia Aplastik
Sementara itu, dikutip dari Siloam Hospital, penyakit anemia aplastik digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu inherited aplastic anemia dan acquired aplastic anemia.
Inherited aplastic anemia adalah anemia aplastik yang diturunkan atau diakibatkan dari kerusakan gen.
Sedangkan acquired aplastic anemia merupakan anemia aplastik yang didapatkan oleh seseorang semasa hidupnya. Acquired aplastic anemia biasanya dialami oleh pasien dengan penyakit autoimun.
Beberapa gangguan kesehatan semasa hidup yang bisa menyebabkan anemia aplastik adalah sebagai berikut:
1.Penyakit autoimun yang dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel sehat, termasuk sel pada sumsum tulang.
2. Pernah menjalani perawatan radioterapi atau kemoterapi. Dua perawatan kanker ini berisiko menyebabkan kerusakan sel sehat dalam tubuh.
3. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti beberapa jenis antibiotik dan obat rheumatoid arthritis.
4. Terinfeksi virus tertentu, seperti virus HIV, hepatitis, cytomegalovirus, Epstein-Barr, dan lain sebagainya.
5. Terpapar bahan kimia berbahaya dan terjadi secara terus-menerus, seperti pestisida, benzene, dan lain sebagainya.
6. Kehamilan, karena masa kehamilan berisiko menyebabkan sistem kekebalan tubuh ibu menyerang sel pada sumsum tulang
Penulis : Dian Nita Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV