Hati-hati, Selingkuh Bisa jadi Pertanda Gangguan Mental
Lifestyle | 21 September 2022, 10:50 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Selingkuh berarti merusak komitmen yang sudah dibangun bersama pasangan. Mulai dari hilangnya kepercayaan hingga gejolak emosional yang dirasakan korban dan orang yang terlibat, tentu tak ada yang menginginkan pengalaman seperti itu.
Ada banyak alasan mengapa orang yang sudah menikah berani selingkuh. Bahkan menurut laman Psych Central, lebih dari 40 persen pasangan yang sudah menikah pernah terdampak oleh perselingkuhan, meski diakibatkan oleh micro cheating.
Micro cheating adalah istilah baru yang digunakan untuk menggambarkan perselingkuhan yang tidak disengaja dalam suatu hubungan.
Penyebabnya pun dapat dipicu oleh banyak faktor, mulai dari gangguan kepribadian, pengalaman di masa lalu, hingga perkembangan zaman seperti media sosial.
Baca Juga: Ramai Reza Arap Dikabarkan Selingkuh, Wendy Walters: Udah Berusaha Jadi Istri yang Baik
Mungkin banyak orang bertanya, apakah selingkuh dapat dikategorikan sebagai gangguan mental? Menurut laman VeryWell Health, rupanya selingkuh masuk ke dalam kategori tersebut.
Hal itu merujuk pada faktor risiko penyebab orang selingkuh yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Berikut sejumlah alasan selingkuh termasuk gangguan mental.
Akibat pengalaman masa kecil
Beberapa penyebab selingkuh akibat pengalaman masa kecil adalah trauma di masa kanak-kanak. Dalam hal ini, anak-anak yang memiliki riwayat trauma pada masa kecilnya seperti pelecehan, pengabaian secara fisik dan emosional, dikaitkan risiko tinggi orang tersebut akan selingkuh pada saat dewasa.
Sebuah studi di tahun 2015 juga menemukan fakta bahwa anak-anak yang mengalami dan melihat kasus perselingkuhan dari orangtuanya juga memiliki risiko yang sama.
Baca Juga: Ramai Reza Arap Dikabarkan Selingkuh, Wendy Walters: Udah Berusaha Jadi Istri yang Baik
Gangguan mental
Beberapa penyakit mental seperti gangguan bipolar dikaitkan sebagai faktor risiko perselingkuhan di dalam pernikahan.
Selain itu, ada perilaku yang menyatakan bahwa "Sekali selingkuh maka, akan selingkuh terus menerus", ternyata itu bukanlah sebuah anggapan semata.
Pada sebuah studi di tahun 2017 menunjukkan bahwa mereka yang terlibat dalam perselingkuhan, kemungkinan untuk selingkuh lagi tiga kali lebih tinggi untuk mengulangi perilaku yang sama.
Hal ini erat kaitannya dengan masalah psikologis atau gangguan mental seperti narsisme. Pada gangguan tersebut, perselingkuhan didorong oleh rasa ego dan perasaan harus dikagumi.
Selain mementingkan diri sendiri, pengidap gangguan ini seringkali tidak memiliki empati, sehingga tidak menghargai kehadiran pasangan dan dampak dari tindakannya terhadap sebuah hubungan.
Penulis : Dian Septina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV