Yuk Simak Mengapa Belajar Filsafat Terus Disalahpahami
Lifestyle | 9 Februari 2022, 05:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sepertinya kita sepakat dengan pernyataan mengenai filsafat sebagai ibu dari seluruh ilmu pengetahuan.
Menurut W.J.S. Poerwadarminta, filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum, segala yang ada di alam semesta, serta kebenaran dan arti "adanya" sesuatu.
Dasar berfilsafat terletak pada rasa penasaran yang membuat kita mempertanyakan segala hal. Romo Thomas Hidya Tjaya mengungkapkan pendapatnya lewat siniar Obsesif musim keempat bertajuk “Romo Thomas Hidya Tjaya: Mendalami Kehidupan Lewat Filsafat”.
Menurutnya, filsafat mengajak kita untuk berpikir dan menganalisis secara kritis mengenai esensi dari tindakan yang dilakukan.
Socrates (470–399 SM), seorang filsuf Yunani Kuno, terkenal karena banyak mengajukan pertanyaan. Oleh sebagian penguasa dan tokoh masyarakat, pertanyaan-pertanyaan Socrates dianggap berbahaya dan subversif.
Pertanyaannya telah menyadarkan banyak generasi muda yang kemudian menjadi ragu terhadap status quo hingga akhirnya murtad dan memberontak.
Dari pernyataan tersebut, berfilsafat nyatanya bisa sangat berpengaruh terhadap pola pikir manusia. Dalam hal ini, Romo Thomas juga mengatakan bahwa kegiatan mempertanyakan ini adalah berfilsafat, dan hasilnya itu berupa filsafat.
Filsafat, sebagai disiplin ilmu yang mempelajari realitas secara mendasar, nyatanya masih banyak disalahpahami hingga saat ini. Padahal berfilsafat terjadi ketika kita mulai mempertanyakan sesuatu.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Delius dalam bukunya The Story of Philosophy, yakni “sejak awal, rasa penasaran telah membuat manusia berfilsafat dan sampai sekarang terus demikian”.
Baca Juga: Filsafat UGM Pakai Virtual Game RPG untuk Kenalkan Kampus kepada Mahasiswa Baru
Persepsi atau Kesalahpahaman terhadap Filsafat
Persepsi paling umum di masyarakat mengatakan bahwa filsafat membicarakan wacana yang tidak jelas arah dan tujuannya.
Anggapan tersebut bisa jadi karena filsafat tidak menghadirkan atau memberikan penjelasan mengenai suatu ilmu yang ‘siap pakai’, melainkan mengajak kita untuk kembali berpikir mengenai esensi dari setiap tindakan.
Anggapan umum tentang filsafat lainnya adalah filsafat sebagai hal yang tinggi, sulit, abstrak, dan tidak terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari. Padahal, jika kita kembali pada ciri utama filsafat, anggapan tersebut jelas tidak berdasar.
Menurut Fadhil Lubis ciri utama filsafat, yaitu sebagai ilmu yang universal (menyeluruh), radikal (mendasar), dan sistematis (mengikuti pola atau metode berpikir yang terstruktur dan logis meskipun spekulatif).
Ciri-ciri tersebut terlihat mudah, namun sulit dimengerti. Oleh karenanya, memperdalam ilmu dapat menjadi kerumitan tersendiri bagi orang awam.
Terlebih, di dalamnya banyak berisi pertanyaan, seperti mengapa dikatakan atau sebab (asal mula) suatu objek. Dari pertanyaan itu, jawaban yang diharapkan mayoritas orang bersifat kausalitas (sebab-akibat).
Penulis : Danang Suryo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV