Sulit Tidur Nyenyak Selama Pandemi? Penelitian Ini Ungkap Penyebabnya
Lifestyle | 26 Maret 2021, 23:41 WIB2. Rasa khawatir dan stres
21 persen gangguan kurang tidur yang dialami masyarakat kelompok orang dewasa di APAC disebabkan oleh rasa khawatir dan stres yang dialami.
Menurut Studi Philips, gangguan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:
- Masalah finansial (54 persen)
- Tanggung jawab pekerjaan (52 persen)
- Kekhawatiran akan pandemi yang masih berlanjut (43 persen)
- Kesehatan diri dan keluarga (38 persen)
- Kondisi keluarga secara umum (34 persen)
Studi tersebut juga menemukan perubahan pola tidur responden survei di APAC telah berubah ketika pandemi melanda. Sekitar 22 persen menyatakan waktu tidur malam mereka berkurang. Hanya 35 persen mengaku beristirahat dengan cukup, dan 44 persen mengantuk di siang hari.
Baca Juga: Suka Tidur? Situs Ini Berikan Gaji 40 Juta untuk Uji Kualitas Kasur
Selain itu, responden juga mengalami gangguan kualitas tidur seperti:
- Terbangun di tengah malam atau tidur tidak nyenyak (42 persen)
- Sulit tidur (33 persen)
- Sulit untuk tetap tertidur (26 persen)
Presiden Direktur Phillips Indonesia, Pim Preesman mengatakan bahwa dampak dari pandemi telah mengubah kehidupan sehari-hari, termasuk kebiasaan tidur. Berbagai tantangan dihadapi oleh banyak orang sehingga mengakibatkan mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas di malam hari.
Padahal, kualitas tidur sangat penting bagi produktivitas dan kesehatan kita secara menyeluruh, jadi jika kita memiliki masalah tidur, maka penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan.
"Masalah tidur bisa jadi merupakan gejala serius dari kondisi-kondisi kronis lainnya terkait tidur," kata Pim dalam acara virtual media briefing bertajuk Mengejar Mimpi di Tengah Pandemi, seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa (16/3/2021).
Penulis : Gempita Surya Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV