Review Film: Raya and The Last Dragon yang Membawa Pada Petualangan Memesona
Film | 4 Maret 2021, 08:17 WIBKOMPAS.TV – Dalam banyak film, naga digambarkan sebagai makhluk mitologi yang menyeramkan. Naga akrab dengan tokoh jahat yang akan menghancurkan apapun dengan semburan api dari mulutnya. Namun, naga dalam film “Raya and The Last Dragon” tidak demikian. Dalam film ini, naga digambarkan sebagai makhluk baik hati, penuh keajaiban dan menjadi penyelamat umat manusia.
Alkisah, 500 tahun yang lampau, naga mengorbankan diri mereka untuk manusia. Ketika Druun melewati tanah Kumandra dan mengubah orang-orang menjadi batu, kerajaan pun terpecah menjadi beberapa bagian, yaitu Tail (ekor), Talon (cakar), Heart (jantung), Fang (taring) dan Spine (tulang belakang). Faksi-faksi dalam kerajaan ini terseret dalam jurang peperangan.
Baca Juga: [REVIEW FILM] Diam dan Dengarkan: Jeda untuk Dunia dan Manusia Berhenti
Dikisahkan, saat itu hanya tinggal satu naga yang tersisa di muka bumi. Naga itu bernama Sisu, tapi dia sudah menghilang selama lima abad.
Raya (disuarakan oleh Kelly Marie Tran) adalah putri yang baik hati. Ayahnya (disuarakan oleh Daniel Dae Kim) adalah seorang kepala suku yang berharap dapat menyatukan wilayah kerajaan yang terpecah. Namun niatnya itu tidak berjalan sesuai rencana, karena dia diubah menjadi batu. Raya pun mencari Sisu, naga terakhir yang dia yakini sebagai harapan yang akan menyelamatkan umat manusia.
Film ini berasal dari pasangan sutradara Carlos López Estrada dan Don Hall. Naskahnya ditulis oleh dramawan Vietnam, Qui Nguyen dan salah satu penulis Crazy Rich Asians, Adele Lim. Racikan mereka menghasilkan petualangan fantasi yang manis dan imajinatif, dengan nuansa "Indiana Jones" yang sarat aksi petualangan.
"Raya" dimulai dengan awal yang lambat, namun ketika dia memulai misi untuk mencari Sisu (disuarakan oleh Awkwafina), banyak hal menarik yang bisa dilihat.
Baca Juga: Review Film: Japan Sinks 2020, Ketika Gempa Dahsyat Tenggelamkan Jepang
Film ini menyajikan animasi menakjubkan yang dibuat dengan komputer. Dalam beberapa bagian, ada animasi yang dibuat dengan goresan tangan. Namun animasi buatan tangan dibuat semakin hidup dengan bantuan teknologi. Menyaksikan film “Raya" bagaikan memanjakan mata dengan pesta visual.
Ini juga jenis film feminis terbaik yang tidak membuat Anda seperti terpaksa menelan pesan-pesannya sepanjang film. Raya dibuat dengan skrip yang tidak meneriakkan pesan feminis sepanjang waktu, dan memang lebih baik demikian. Film ini menyampaikan pesan tentang kepercayaan.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV