> >

Apdesi ke Pemerintah: Minta Petani di Daerah Dilibatkan dalam Program Makan Bergizi Gratis

Ekonomi dan bisnis | 8 November 2024, 15:43 WIB
Tiga siswi makan bersama dalam uji coba makan bergizi gratis di SDN Sentul 02 Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/7/2024). (Sumber: KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN)

Namun seringkali saat sudah panen mereka kesulitan memasarkan atau mengolah hasil tani tersebut.

"Contoh besar, petani dalam hal ini selalu disupport pupuk, selalu diberi bibit Pak, diberi Alsintan (Alat Mesin Pertanian), namun pada proses ketika hasilnya sudah ada, mereka tidak tahu harus ke mana barang ini," ucap Sri Rahayu. 

Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memaparkan, jadwal program Makan Bergizi Gratis untuk siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA berdasarkan hasil uji coba di lapangan yang telah dilakukan.

Baca Juga: Wapres Gibran Usul Kepala Daerah Juga Digembleng di Akmil Magelang

“Dari pengalaman kami di lapangan, pengiriman makanan itu ada tiga tahap, untuk anak PAUD dan SD kelas 2, makanan harus dikirim pukul 07.45 waktu setempat untuk dimakan pukul 08.00. Kemudian anak kelas 3 sampai kelas 6 dikirim jam 09.00 untuk dimakan pukul 9.30, kemudian anak SMP dan SMA dikirim pukul 11.30 untuk dimakan jam 12.00,” terangnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (8/11). 

Berdasarkan uji coba tersebut, menurut Dadan, terminologi makan siang menjadi tidak cocok, sehingga diganti menjadi makan bergizi gratis yang menjadi program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Juga: Bahlil Ungkap Pemerintah Akan Aktifkan 6.000 Sumur Idle, Bisa Hasilkan 180.000 Barel Minyak per Hari

Ia juga menjelaskan, alasan makan bergizi gratis menyasar ibu hamil, ibu menyusui sampai seluruh anak sekolah, termasuk santri dan sekolah keagamaan lainnya hingga tingkat SMA.

“Landasan pemikirannya karena di dalam pertumbuhan anak ada dua titik kritis, pertama, 1.000 hari pertama kehidupan (usia 0-2 tahun) untuk mencegah stunting. Oleh karena itu maka program yang besar harus kita gelontorkan untuk ibu hamil, menyusui dan balita, tetapi kita jangan lupakan ketika anak itu tumbuh dan mencapai titik kritis kedua, yaitu pada usia 8-17 tahun,” terangnya. 

Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya

Sumber : Antara


TERBARU