> >

Marak PHK di Industri Tekstil di Jawa Tengah, BI Ungkap Penyebabnya

Ekonomi dan bisnis | 26 Juni 2024, 13:30 WIB
Ilustrasi pabrik tekstil. BI ungkap alasan banyak PHK di industri tekstil Jawa Tengah (Sumber: Kompas.tv/Ant)

SEMARANG, KOMPAS.TV - Bank Indonesia mengungkap penyebab gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di industri tekstil di Jawa Tengah.

Diketahui, menurut Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pekerja yang terkena PHK dari Januari hingga 19 Juni 2024 mencapai 27.793 orang, seperti dikutip dari Kompas.id.

Jumlah ini gabungan, baik dari sektor industri tekstil, garmen, alas kaki, penyamakan kulit dan lainnya.

Sementara itu, selama periode Januari hingga Juni 2024 tercatat sekitar 13.800 pekerja di industri tekstil terkena PHK.

Adapun dari jumlah tersebut, sebanyak 7.437 buruh pabrik di Jawa Tengah terkena pemutusan PHK sepanjang 2024.

Baca Juga: Jumlah PHK Nasional Periode Januari-19 Juni Tembus 27.739, Tertinggi di Provinsi Jateng

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Ndari Surjaningsih menilai bahwa banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil akibat kesulitan memperoleh bahan baku dan penurunan permintaan.

"Kondisi global kan belum pulih, bisa ditandai dengan pertumbuhan ekonomi mereka yang belum bisa lebih cepat. Ada juga di beberapa negara yang laju ekonomi masih lambat," katanya di sela Update Informasi dan Perkembangan Ekonomi Regional Jateng, di Semarang, Selasa (25/6/2024), dikutip dai Antara.

Menurut dia, banyaknya PHK dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki sebenarnya tidak lepas dari penurunan kinerja komoditas TPT akibat penurunan permintaan dari negara-negara "buyer".

Apalagi, kata dia, kondisi global yang belum pulih dan permasalahan geopolitik, seperti perang Rusia dengan Ukraina yang tak kunjung usai juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia.

Ia menyebutkan bahwa beberapa negara mengalami inflasi yang masih tinggi, terutama di negara "buyer" atau tujuan ekspor sehingga peningkatan permintaan terhadap produk tersebut tidak mengalami peningkatan.

Baca Juga: Aliansi Buruh Prihatin PHK Besar-besaran di Jateng

Diakui Ndari, komoditas penyumbang ekspor utama di Jateng selama ini adalah TPT dan alas kaki ke berbagai negara tujuan, baik di kawasan Eropa maupun Amerika.

Dalam perkembangannya, kata dia, ekspor TPT dan alas kaki dari Jateng pada tahun 2023 ke Eropa turun 24 persen, demikian juga dengan Amerika mengalami penurunan.

Kesulitan Peroleh Bahan Baku

Selain itu, industri TPT juga mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku untuk produksi yang turut mempengaruhi produktivitas yang berdampak terhadap pengurangan tenaga kerja.

Produsen alas kaki di Indonesia, kata dia, masih melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, sedangkan kebijakan pemerintah yang membatasi impor mempersulit industri TPT.

Baca Juga: Presiden Jokowi Panggil Para Menteri Bahas PHK Massal Buntut Tingginya Tekstil Impor

"Ada kebijakan pemerintah terkait dengan impor, mengakibatkan produsen lokal yang memproduksi TPT kesulitan memperoleh bahan baku impor dari luar. Butuh impor tapi ada kendala mendatangkan bahan baku, sedangkan di sisi lain ada impor ilegal yang masuk," katanya.

Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara, Kompas.id


TERBARU