BPDPKS Sebut Indonesia akan Produksi 50 Juta Ton Minyak Sawit di 2025
Ekonomi dan bisnis | 24 Maret 2024, 22:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyatakan, Indonesia menargetkan bisa memproduksi lebih dari 50 juta ton minyak sawit pada tahun 2025.
Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS, Arfie Thahar menyatakan, minyak sawit adalah komoditas ekspor unggulan Indonesia, sebagai produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia.
Peningkatan produksi minyak sawit juga akan memberikan lebih banyak pasokan untuk industri makanan. Termasuk minyak goreng dan makanan berbasis minyak sawit serta bioenergi untuk domestik dan ekspor pasar global.
"Karena perannya yang signifikan, membuat dampak perekonomiannya juga meningkat. Saya berharap banyak dari generasi hari ini untuk menjaga dan melanjutkan keberlangsungan kelapa sawit, jangan sampai sumber daya yang kita punya tidak bisa kita olah dengan baik," kata Arfie dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (24/3/2024).
Baca Juga: 4 Debitur LPEI yang Terindikasi Fraud Rp2,5 T, Perusahaan Bidang Sawit hingga Batu Bara
BPDPKS merupakan salah satu Badan Layanan Umum dibawah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan yang bertanggung jawab atas pengelonaan dana yang berasal dari pungutan ekspor kelapa sawit.
BPDPKS memiliki misi memperbaiki kesejahteraan petani, menstabilkan harga CPO, dan memperkuat industri hilir.
Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS sekaligus Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto menambahkan, karena potensi kelapa sawit di Indonesia sangat besar, komoditas ini penting untuk dikelola secara berkelanjutan.
Peran anak muda juga tak kalah penting untuk mengenal sawit sebagai salah satu penyumbang keuangan negara terbesar.
Baca Juga: Saat Jokowi Promosikan Minyak Makan Merah: Lebih Murah, Lebih Bergizi, Lebih Enak
"Kenapa kelapa sawit perlu dikembangkan dan kenapa ini begitu penting, ini semua tidak lepas dari perannya sebagai kontribusi terbesar untuk perekonomian Indonesia," ujar Kabul.
Sebagai upaya mengenalkan industri sawit kepada generasi muda, BPDPKS menggelar rangkaian seminar edukasi ke seluruh wilayah Indonesia. Terbaru, program yang dinamakan GenSawit Talkshow diadakan di Padang, Sumatera Barat, Kamis (21/3).
Kabul berharap, GenSawit Talkshow mampu mendorong generasi muda, untuk berkontribusi dan ikut terjun langsung dalam menumbuh kembangkan industri kelapa sawit di Indonesia.
"Kita mengharapkan ini adalah awal dari hal-hal positif yang terus ditanamkan dan ditumbuhkan, serta membuang stigma negatif tentang sawit yang faktanya belum tentu benar. Semoga ini menjadi kebermanfaatan bagi negeri kita hari ini dan disuatu hari nanti," tuturnya.
Dalam talkshow itu, Kepala Kantor Wilayah DJPb Sumatera Barat, Syukriah HG menekankan, untuk menghadapi Indonesia Emas 2045 maka generasi muda saat ini akan menjadi penerus berkembangnya kelapa sawit.
Baca Juga: Wakil Mendag Jerry Sambuaga Angkat Bicara soal Isu 'Black Campaign' Industri Sawit Indonesia
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penelitian, diharapkan anak muda bisa membuat sawit menjadi komoditas multi guna dan bermanfaat untuk semua.
"Semoga dengan adanya acara ini membuka cara berpikir kita, mengubah pola pikir generasi muda untuk ikut aktif terjun langsung dalam memajukan sawit khususnya di Sumatera Barat," ucap Syukriah.
"Pesan saya, waktu itu sangat berharga, jangan sia-siakan waktu, karena kita berpacu dengan waktu, kalian adalah pilar-pilar baru untuk perekonomian Indonesia khususnya di Sumatera Barat," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Bidang Kompartemen Media Relations Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fenny Sofyan mengungkap, minyak sawit Indonesia sangat dibutuhkan oleh negara lain. Seperti Pakistan, India, dan negara Eropa.
Lantaran minyak sawit bisa diolah menjadi bahan baku berbagai produk. Seperti makanan, kosmetik, hingga bahan bakar.
Baca Juga: Apa Itu Minyak Makan Merah dan Manfaatnya? Jokowi Sebut Harganya Lebih Murah daripada Minyak Goreng
Fenny juga menyinggung booming komoditas saat pandemi Covid dan saat awal perang Rusia-Ukraina meletus. Harga komoditas yang tinggi, termasuk sawit, menyelamatkan keuangan negara.
"Jadi secara tidak langsung kita juga bagian dari perekonomian dunia dan kebutuhan kita di indonesia pun juga bertambah seiring bertambahnya konsumsi," kata Fenny.
Menurutnya, generasi muda jug patut berbangga, sebab sawit satu-satunya bahan pangan yang tidak impor melainkan mengekspor. Sehingga optimalisasi pengolahan sawit penting agar semua manfaatnya dinikmati masyarakat Indonesia.
"Supaya masyarakat kita tahu bahwa sawit kita ini adalah sumber kekayaan yang harus kita jaga dan jangan sampai dijajah oleh orang asing," sebutnya.
Baca Juga: Garuda Indonesia Terbang Jakarta-Solo PP Pakai Bioavtur Minyak Sawit, Diklaim Pertama di Dunia
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung mengungkap, minyak sawit merupakan minyak yang paling sustainable, dari 4 minyak nabati di dunia (kelapa sawit, soybean oil, rapeseed, sunflower oil), sawit satu-satunya minyak yang emisinya paling rendah.
"Kerusakan biodeselnya paling rendah juga, pantaslah kalau minyak nabati yang lain menyerang sawit, karena kalah mutu, kalah harga, makin terdesak, maka dibuatlah kampanye-kampanye negatif terhadap sawit," tegasnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV