Ekonom Senior Sebut Harga Beras Naik karena Bansos Ganggu Distribusi
Ekonomi dan bisnis | 14 Maret 2024, 22:41 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ekonom senior, Agustinus Prasetyantoko, menyebut kenaikan harga beras disebabkan pembagian bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah yang begitu intens, mengganggu distribusi.
Prasetyantoko menjelaskan, beras, sama seperti komoditas lainnya, harganya dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan atau supply and demand.
"Tapi ada satu aspek lain yaitu distribusi. Saya kira ini yang terpengaruh oleh bansos. Kalau dibilang beras itu ada dan tersedia, secara teoritis barang itu ada. Tetapi kenapa mahal? Itu problemnya di distribusi," katanya dalam program ROSI yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (14/3/2024) malam.
"Salah satu kemungkinannya karena memang kemarin konsentrasinya dibagi untuk bansos. Dan bansos ini bisa dibilang salah satu alat politik yang penting dalam pemilu."
Ia mengatakan, bansos tidak hanya program yang dilaksanakan pemerintah. Tapi juga digunakan sebagai amunisi kampanye oleh para calon anggota legislatif.
"Jadi kira-kira kalau mau disederhanakan, suplai itu ada tapi konsentrasinya untuk kepentingan elektoral," katanya.
Baca Juga: Turun Rp 500 Per Kilogram, Harga Beras di Boyolali Masih Mahal
Prasetyantoko kemudian menjelaskan, bansos yang digunakan sebagai alat politik memang biasa terjadi pada pemerintahan mana pun.
Akan tetapi sekarang, menurut dia, intensitas bansos yang diberikan lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya sehingga mengganggu distribusi dan tidak diantisipasi sehingga mengakibatkan harga beras naik.
"Kalau kita lihat perspektif yang lebih luas bahwa yang namanya politik elektoral itu selalu digunakan oleh setiap rezim, di setiap pemilu, dan mungkin di semua negara, cuma intensitas yang berbeda," lanjutnya.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV