Bos Bulog soal Beras Premium Langka: Ritel Moderen Nggak Berani Jual di Atas HET
Ekonomi dan bisnis | 13 Februari 2024, 20:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Beras premium kemasan 5 kg kini sedang langka di ritel moderen. Baik beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari pemerintah maupun beras premium jenis lainnya.
Dirut Bulog Bayu Krishnamurti mengungkap, hal itu terjadi karena para peritel tidak bisa menjual beras itu di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Ritel modern kira-kira berani enggak melanggar HET, kenapa enggak berani? Karena mengenai reputasinya, jadi kalau sampai ketahuan dan ada yang foto maka itu akan menimbulkan masalah bagi si ritel modern itu,” kata Bayu kepada media di kantor Bulog, Jakarta, Selasa (13/2/2024).
Bayu mengatakan, jika ada sebuah minimarket yang melanggar ketentuan HET, maka yang kena dampaknya adalah seluruh jaringan minimarket tersebut.
Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Sebut Kenaikan Harga Beras Terjadi di Seluruh Dunia
Para peritel yang membeli beras dengan harga mahal namun tak bisa menaikkan harganya, tentu akan merugi.
“Si pengusaha pasti berpikir sampai kapan ruginya maka mereka kemudian mulai mengurangi pasokan ke ritel modern,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Sedangkan di pasar tradisional, stok beras premium masih ada tapi harganya sudah di atas HET.
“Inilah gambaran situasi perberasan kita sekarang. Di tengah kondisi seperti ini bagaimana peran Bulog. Peran Bulog sebagaimana diketahui ada tiga, tugas kita harus stabilisasi dan menyediakan alternatif bagi mereka yang paling membutuhkan,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya mendorong percepatan konversi baik beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) maupun komersial menjadi kemasan 5 kilogram (kg).
Baca Juga: Harga Mahal dan Stoknya Langka, Jokowi Perintahkan Banjiri Pasar dengan Beras Bulog
“Sekarang yang kita percepat adalah cetak beras kemasan 5 kg lalu kirim ke pasar, itu saja sederhana, baik SPHP dan komersial,” tuturnya seperti dikutip dari Antara, Senin (12/2).
Arief mengaku, bahwa Bapanas bersama kementerian dan lembaga yang terkait telah diberikan arahan Presiden Joko Widodo untuk bergerak cepat mengatasi kondisi beras nasional.
Dia juga mengaku mendapatkan perintah dari Presiden Jokowi agar memastikan stok beras kemasan 5 kg di ritel modern tersedia, sehingga masyarakat bisa berbelanja beras dengan tenang dan bijak sesuai kebutuhan.
“Untuk itu, Bapak Presiden tadi telah memerintahkan agar semuanya tolong di konversi ke beras 5 kg, lalu segera kirim ke pasar tradisional, pasar ritel modern. Jadi, semua elemen ekosistem beras nasional mulai dari penggiling padi, pedagang termasuk ritel, BUMN, dan BUMD, kita akan cetak ke 5 kg, kita akan percepat,” jelasnya.
Baca Juga: Pengumuman! KAI Buka Pemesanan Tiket Kereta Mudik Lebaran Mulai 15 Februari 2024
Selain itu, Arief mengatakan, Presiden Jokowi juga memerintahkan Bapanas untuk mengatasi terkait Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang memiliki stok beras yang banyak, sedangkan di ritel modern sangat sedikit.
“Saya juga diperintah untuk membereskan yang Cipinang ini, karena di sini stoknya banyak tetapi di pasar ritel modern sedikit,” ucapnya.
Dia menerangkan, konversi beras komersial nantinya akan dilakukan PT Food Station, sementara untuk mengkonversi beras program SPHP ke kemasan 5 kg akan dilakukan Bulog.
“Untuk yang komersial akan dikerjakan oleh Food Station bersama penggiling padi yang lain. Lalu untuk SPHP, nanti Bulog juga dibantu oleh teman-teman yang punya rebagging (pengemasan ulang),” terang Arief.
Baca Juga: Erick Thohir Bingung Bansos Dipermasalahkan Sekarang: Itu Program Berjalan sudah Lama
Arief menyebut beras komersial yang akan dikonversi ke kemasan 5 kg telah disiapkan sebanyak 200.000 ton.
Khusus untuk Jakarta, kata dia, sesuai permintaan dari Penjabat Gubernur DKI Jakarta dan Direktur Utama Food Station diberikan 50.000 ton.
Ia mengatakan, program intervensi pemerintah terhadap Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) telah dilakukan sejak tahun 2023 dan terus dilanjutkan hingga tahun ini.
Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya
Sumber : Antara