Harga Beras Mahal, Kepala Bapanas: Januari-Februari Ini Kita Kekurangan 2,4 Juta Ton
Ekonomi dan bisnis | 11 Februari 2024, 17:47 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengakui jika pemerintah kekurangan cadangan beras 2,4 juta ton selama Januari-Februari 2024. Hal itu yang menyebabkan harga beras saat ini mahal di pasaran.
Arief menyatakan, pemerintah akan memenuhi kekurangan itu dengan mengimpor beras. Lantaran musim panen raya di dalam negeri baru akan terjadi pada Maret 2024.
“Memang kita perlu beras lebih banyak saat ini. Dan pemerintah menyeimbangkan kekurangan karena tidak dapat tanam akibat El Nino dengan importasi,” kata Arief di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Minggu (11/2).
“Januari dan Februari 2024 ini kita kekurangan 2,4 juta ton beras (produksi versus konsumsi),” ungkapnya.
Baca Juga: Harga Beras di Pekalongan Menyentuh Rp15 Ribu hingga Rp17 Ribu per Kilo
“Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin tidak populer saya sampaikan, tetapi harus dikerjakan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini,” tambahnya.
Meski harus mengimpor jutaan ton beras, Arief menegaskan, hal itu dilakukan dengan sangat terukur sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak akan mengganggu stabilitas harga di tingkat petani.
“Salah satu indikasinya bisa dilihat dari Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat ini adalah yang tertinggi senilai 116,16 persen. Ini yang membuat petani kita semangat untuk menanam.” ujarnya.
Arief juga mengeklaim, jika kenaikan harga beras saat ini tidak berkaitan dengan Pemilu ataupun periode libur panjang peringatan Isra Miraj dan Hari Raya Imlek 2575 Kongzili.
Baca Juga: Megawati Ingatkan Masyarakat Jangan Kesengsem Beras Bansos 10 Kilogram: menurut Saya Itu Gula-Gula
“Bukan pengaruh pencoblosan. Kita sedang penuhi market,” ucapnya.
Untuk menyambut panen raya yang diprediksi pada Maret 2024, pihaknya bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan semua pihak terkait akan berkoordinasi mempersiapkan penyerapan yang optimal, untuk mencegah jatuhnya harga di tingkat petani.
Selain itu, pada saat yang sama, pengisian Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dari produksi dalam negeri dapat terpenuhi dengan baik.
“Saat ini kita tengah mempersiapkan CPP jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga pada saat diperlukan CPP tersebut dapat dimanfaatkan untuk intervensi antara lain penyaluran bantuan pangan, operasi pasar, dan keadaan darurat,” tuturnya.
Arief kemudian menjelaskan, Bapanas tengah fokus mengerjakan lima aksi sebagai upaya untuk menyeimbangkan ketersediaan beras sekaligus menjaga harga beras di tingkat nasional.
Baca Juga: Jelang Pemungutan Suara Pemilu 2024, Pemerintah Hentikan Sementara Bansos Beras 10 Kg
Pertama, mempercepat pembongkaran kapal beras dari luar negeri di beberapa pelabuhan.
Lalu yang kedua, terus menjalankan distribusi beras komersial Bulog sebanyak 200.000 ton, termasuk 50.000 ton ke Food Station/ Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
“Pasokan ke penggilingan akhir tahun lalu juga sudah 200.000 ton. Dua kali (sebanyak) 200.000 ton beras komersial ke penggiling padi,” tuturnya.
Aksi yang ketiga adalah terus menerus mendistribusikan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) ke Pasar Tradisional dan Retail Modern.
Selanjutnya yang keempat, adalah terus mengerjakan Gerakan Pangan Murah (GPM) Nasional.
“Sebanyak 1,2 juta ton SPHP ke outlets. Stok PIBC di atas 34.000 ton,” sebutnya.
Aksi yang terakhir adalah memastikan Bantuan Pangan Beras kembali mulai disalurkan pada 15 Februari 2024 mendatang setelah pencoblosan selesai.
Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya
Sumber : Antara