Sering Bahas Krisis Pangan hingga Energi, Jokowi: Bukan Nakuti, Tapi Cari Solusi
Ekonomi dan bisnis | 15 September 2023, 21:10 WIBBOGOR, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, setiap kali dirinya membahas tentang tantangan dunia ke depan seperti krisis energi hingga disrupsi teknologi, bukan bermaksud untuk menakut-nakuti.
Tapi untuk mengajak seluruh pihak bekerja sama mencari solusi guna menghadapinya.
"Banyak orang bilang saya ini kalau cerita soal potensi tantangan-tantangan ke depan, soal krisis, baik krisis energi, krisis pangan, krisis ekonomi, soal disrupsi teknologi, banyak yang bilang, Presiden itu nakut-nakutin saja dan kelihatan Presiden itu terlalu khawatir. Ndak, enggak seperti itu," kata Jokowi saat hadir dalam Dies Natalies Institut Pertanian Bogor (IPB) University, di Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023).
"Kalau saya lebih senang, lebih suka, iya kita tahu tantangan ke depan, iya kita paham sulitnya apa yang akan kita hadapi ke depan. Oleh sebab itu, kita lakukan ini, kita lakukan ini, kita lakukan ini, kita lakukan ini, solusinya begini, solusinya begini, solusinya begini," lanjutnya.
Baca Juga: Jokowi: Jangan Takut AI, Mesin Hanya Punya Chip tapi Manusia Miliki Hati dan Rasa
Jokowi mencontohkan, IPB sebagai lembaga pendidikan yang fokus di bidang pertanian, harus tanggap dengan ancaman krisis pangan.
Saat ini, kebutuhan pangan terus meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk. Seperti di Indonesia yang jumlah penduduknya naik 1,25 persen setiap tahun.
Tapi di sisi lain, pasokan pangan terancam karena ada perubahan iklim, kemarau, dan El Nino. Ditambah lagi faktor geopolitik yang membuat negara-negara yang biasanya mengeskpor bahan pangan, kini menahannya untuk stok dalam negeri.
Kemudian Jokowi bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Ukraina dan Presiden Rusia.
"Saya bertemu dengan Presiden Zelenskyy di Kyiv, di Ukraina. Saya diskusi dua setengah jam, berbicara dua setengah jam dengan Zelenskyy. Beliau menyampaikan di Ukraina itu ada 77 juta wheat (gandum) yang tidak bisa keluar untuk diekspor, biasanya masuk ke Afrika dan masuk ke Asia, 77 juta ton berhenti karena Pelabuhan Odessa diblok oleh Rusia," tutur Jokowi seperti dikutip dari laporan tim jurnalis KompasTV.
Baca Juga: Pabrik Baterai Listrik Hyundai LG di Karawang Mulai Percobaan Produksi, Terbesar di Asia Tenggara
"Dari Ukraina saya ke Rusia, bicara dengan Presiden Putin, tiga jam saya berbicara. Akhirnya keluar lagi angka, “Presiden Jokowi, di Rusia ini ada 130 juta ton gandum berhenti.” Artinya, ada total 207 juta ton gandum berhenti di Ukraina dan di Rusia. Terus kalau berhenti, yang biasanya diekspor, makan apa?," sambungnya.
Akibat tertahannya pasokan gandum di Ukraina dan Rusia, harga gandum di Eropa, Asia hingga Afrika naik.
Hal itu kini terjadi pada komoditas pangan beras. Kemarau dan El Nino membuat cadangan beras negara-negara produsennya menurun. Sehingga mereka menyetop ekspor beras.
"Lebih repotnya lagi, ditambah lagi kemudian 19 negara sudah membatasi ekspor pangan, menyelamatkan rakyatnya sendiri-sendiri. India baru saja setop ekspor beras, akibatnya harga beras naik di semua negara," jelasnya.
"Kita mau memperbesar cadangan strategis beras kita, mau impor juga barangnya sulit didapatkan. Tidak seperti yang lalu-lalu nyodorin barangnya, “Pak ini dibeli, Pak ini dibeli, Pak ini.” Sekarang mencarinya sangat sulit, karena ingin menyelamatkan rakyatnya sendiri-sendiri, memberi makan rakyatnya sendiri-sendiri," tambah Jokowi.
Baca Juga: Jokowi Sebut RI Merajai Industri Furnitur di Era 90an, Sekarang Kalah dari Vietnam dan Malaysia
Jokowi lalu meminta Rektor IPB untuk menyiapkan lembaga yang dipimpinnya untuk menjawab tantangan krisis pangan.
"Nah, ini tugasnya IPB, Pak Rektor. Urusan pangan ini, sudah serahkan ke IPB, insyaallah rampung. Saya tunggu apa antisipasi kita, rencana dan pelaksanaannya harus seperti apa," ucapnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV