Jokowi Sebut RI Merajai Industri Furnitur di Era 90an, Sekarang Kalah dari Vietnam dan Malaysia
Ekonomi dan bisnis | 14 September 2023, 12:19 WIBTANGERANG, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha mebel Indonesia untuk membuka diri dan berkolaborasi dengan pengusaha dari negara lain.
Ia menilai, hal itulah yang menjadi kunci keberhasilan industri furnitur Vietnam dan Malaysia.
Jokowi menyampaikan, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan seni budaya dalam bidang furnitur. Sehingga seharusnya bisa menjadi pemimpin dalam industri ini.
Baca Juga: Tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tak Disubsidi, Lebih Murah Mana dengan Argo Parahyangan?
Namun yang terjadi saat ini, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-17 sebagai produsen furnitur dunia. Jauh di bawah Vietnam dan Malaysia.
"Menurut saya, karena kita enggak mau berpartner. Negara lain saling berpartner. Harus terbuka, mau berpartner dengan industri, perusahaan mebel dari luar. Dari Eropa, dari Amerika, dari China, harus terbuka. Jangan dimiliki sendiri perusahaan itu," kata Jokowi saat membuka acara IFFINA (Indonesia Meubel & Design Expo 2023) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO).
Baca Juga: Jokowi Perdana Jajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung setelah 4 Kali Tinjau Proyek: Inilah Peradaban
Menurut Jokowi, pemerintah sudah berupaya mengembangkan industri mebel dalam negeri. Ia memaparkan, belanja APBN, APBD, dan BUMN di tahun ini sebesar Rp1.236 triliun.
1,1 persen dari jumlah itu atau sekitar Rp17 triliun adalah belanja furnitur. Tapi sayangnya masih banyak diisi produk impor.
"Segera masukkan produksi mebel kita ke e-katalog, agar memudahkan. Artinya memang bola ada di bapak ibu semua. Mau membuka diri untuk berpartner dan mau ambil pasar di dalam negeri. Mestinya 100 persen diambil ASMINDO," ujarnya di BSD, Tangerang, Banten, Kamis (14/9/2023).
Baca Juga: ASPEK Indonesia Minta Upah 2024 Naik 15 Persen, Dihitung Pakai Metode Inflasi Plus KHL
Jokowi pun mengenang masa-masa sering ikut pameran furnitur di Eropa pada era 1990-an. Saat itu ia menyebut Indonesia merajai industri furnitur.
"Saya ingat di tahun 90an kalau pameran di luar, di Jerman, Perancis, Italia, itu kelihatannya Indonesia merajai. Sekatang kok bisa peringkat 17. Ada sesuatu yang memang harus dibenarkan," ucapnya.
"Tadi disampaikan Pak Ketum (ASMINDO) Pak Dedi, (potensi pasar) 755 billion US dollar. Tapi Indonesia baru 2,8 billion US dollar. Artinya kita masih sangat kecil," sebutnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV