Menteri Energi se-ASEAN Kumpul di Bali, Bahas Dana Transisi Energi hingga Trans-ASEAN Gas Pipeline
Energi | 25 Agustus 2023, 13:17 WIBNUSA DUA, KOMPAS.TV - Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Arifin Tasrif menyatakan diperlukan dana sebesar 29,4 triliun dolar AS untuk melaksanakan transisi energi di ASEAN, hingga 2050.
Angka tersebut berdasarkan hitungan International Renewable Energy Agency (IRENA), dengan skema penggunaan 100 persen energi terbarukan.
"Menurut Laporan IRENA Renewable Energy Outlook for ASEAN, untuk melaksanakan transisi energi, ASEAN membutuhkan pendanaan sebesar 29,4 triliun dolar AS hingga tahun 2050 dalam skenario 1,5 derajat Celsius dengan 100 persen energi terbarukan," kata Arifin dalam pertemuan ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 di Nusa Dua, Bali, Kamis (24/8/2023).
Ia menjelaskan, kebutuhan dana sebesar itu ditujukan untuk pengembangan pembangkit energi terbarukan, transmisi (nasional dan internasional), distribusi, dan penyimpanan, pasokan biofuel, elektrifikasi (mobil EV dan pengisi daya EV), serta dalam mempertimbangkan perspektif biaya yang lebih luas yang mencakup biaya bahan bakar, pengoperasian dan pemeliharaan.
"Untuk membiayai langkah-langkah ini, pembiayaan energi berkelanjutan sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain, pembiayaan campuran yang bentuknya bisa bermacam-macam, seperti hibah, pinjaman lunak dengan persyaratan yang menguntungkan, dan investasi bersama," ungkap Arifin dalam keterangan resminya.
Baca Juga: Menkeu dan Menkes se-ASEAN Sepakat Perluas Penggunaan Dana Pandemi, Bukan Cuma untuk Covid-19
Sumber pendanaan lainnya juga bisa berasal dari kemitraan pemerintah dan swasta (KPS) dan pendanaan internasional dengan mengakses dana iklim internasional, seperti Green Climate Fund.
Salah satu langkah nyata kolaborasi negara-negara ASEAN untuk transisi energi adalah proyek Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid (APG).
Ada empat perusahaan listrik negara-negara anggota ASEAN yang terlibat dalam proyek itu. Trans-ASEAN Gas Pipeline dan ASEAN Power Grid juga merupakan sistem interkoneksi kelistrikan ASEAN.
Sistem interkoneksi ini bisa menjadi tulang punggung jika suplai listrik di sebuah wilayah berlebih, maka dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan kawasan.
"Untuk mewujudkan hal ini, kami akan meningkatkan interkonektivitas melalui Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid (APG) untuk energi ASEAN yang berkelanjutan," terangnya.
Baca Juga: Jokowi di KTT BRICS: Kita Semua Melihat Tatanan Ekonomi Dunia Saat Ini Sangat Tidak Adil
Adapun empat perusahaan listrik ASEAN yang hadir dalam pertemuan AMEM tahun 2023 adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tenaga Nasional Berhad dari Malaysia, Electricite du Laos dari Laos, dan Electricity Generating Authority of Thailand.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan sistem interkoneksi di ASEAN bukan hal yang baru bagi PLN.
Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia sudah membuat langkah agresif dengan menghubungkan sistem Kalimantan dengan Sabah.
Menurut Darmawan, pengembangan interkoneksi ini perlu dilakukan apalagi di tengah tantangan pengembangan energi bersih.
"Dengan adanya perencanaan ambisius mengenai pengembangan pembangkit EBT dalam skenario Transisi Energi Indonesia, maka inisiatif ini juga mampu meningkatkan fleksibilitas pasokan dan permintaan di sektor kelistrikan," kata Darmawan.
Bersamaan dengan digelarnya ASEAN Ministers on Energy Meeting, diadakan juga ASEAN Energy Business Forum (AEBF).
Baca Juga: Indonesia Belum Pasti jadi Anggota BRICS, Jokowi: Kita Tidak Ingin Tergesa-gesa
AEBF 2023 merupakan forum yang mempertemukan perwakilan dari industri, pemerintah, dan akademisi untuk membahas isu-isu energi dan lingkungan.
Forum ini didedikasikan untuk mendorong dialog, kolaborasi, dan inovasi dalam mencari solusi energi yang berkelanjutan dan digelar pada 24-26 Agustus 2023.
Dalam konferensi pers AEBF 2023, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan infrastruktur interkonektivitas energi di kawasan Asia Tenggara menjadi kunci penting untuk transisi energi dan mencapai ketahanan energi
“Selain mempromosikan efisiensi energi dan teknologi konversi energi untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi pengelolaan energi, pertemuan dengan para pebisnis, mitra dan organisasi internasional yang fokus di bidang energi pada forum AEBF dan AMEM-41 ini akan mempercepat transisi energi di kawasan ASEAN yang masing-masing negara ini punya keunikan sendiri,” tuturnnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : KOMPAS TV