> >

KTT BRICS di Afsel: Aliansi Ekonomi Berisi Rusia hingga China, Dihadiri Presiden Jokowi

Ekonomi dan bisnis | 24 Agustus 2023, 11:12 WIB
BRICS adalah aliansi ekonomi yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Banyak pihak menyebut BRICS adalah tandingan forum negara-negara maju G8 yang beranggotakan Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. (Sumber: Sky News)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tiba di Johannesburg, Afrika Selatan, untuk menghadiri KTT BRICS sebagai undangan, Kamis (24/8/2023). Di sela-sela KTT, Jokowi juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah negara lainnya. 

BRICS sendiri adalah aliansi ekonomi yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Banyak pihak menyebut BRICS adalah tandingan forum negara-negara maju G8 yang beranggotakan Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. 

Kehadiran BRICS juga disebut ingin mengurangi dominasi dan ketergantungan terhadap Amerika Serikat dan G7. Salah satunya penggunaan dollar AS dalam perdagangan internasional. 

Selama ini, jika ada dua negara yang berniaga maka hampir pasti menggunakan mata uang dollar AS yang dianggap sebagai mata uang internasional. Namun fenomena dedolarisasi kini mulai terjadi, di mana negara-negara yang bertransaksi dagang memilih menggunakan mata uang mereka sendiri. 

Seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Ia menyebut KTT BRICS akan menyinggung topik peningkatan peran mata uang nasional dalam perdagangan.

Baca Juga: Jokowi Tiba di Johannesburg Afrika Selatan untuk Hadiri KTT BRICS

Dalam wawancara kepada media Afrika Selatan, Ubuntu, Senin (21/8/2023), Lavrov menyebut KTT ini akan membahas beberapa hal terkait penguatan ekonomi multilateral.

Di antaranya adalah potensi penguatan New Development Bank dan BRICS Contingent Reserve Arrangement.

"Prioritas (topik yang akan dibahas) termasuk penguatan potensi New Development Bank dan BRICS Contingent Reserve Arrangement, meningkatkan mekanisme pembayaran, dan meningkatkan peran mata uang-mata uang nasional dalam kesepakatan bersama," kata Lavrov seperti diberitakan Kompas.tv sebelumnya. 

"Direncanakan untuk berfokus pada isu-isu ini dalam KTT BRICS di Johannesburg," kata Lavrov.

Dia menambahkan, BRICS yang hendak berekspansi tidak diniatkan untuk menggantikan mekanisme-mekanisme multilateral yang telah ada saat ini.

Baca Juga: Akankah Kehadiran Jokowi di KTT BRICS Afrika Selatan Menguntungkan Indonesia?

Ia menyebut BRICS mendukung perkembangan semua negara dan menanggalkan logika blok Perang Dingin serta zero-sum game geopolitik.

"BRICS ingin menawarkan solusi-solusi inklusif yang didasarkan pada pendekatan partisipatoris," ucapnya. 

BRICS sendiri dibentuk sejak 2006, yang awalnya didirikan oleh Rusia, Tiongkok, Brasil, dan India, lalu Afrika Selatan bergabung pada September 2010. 

Para pemimpin empat negara awal itu bertemu pertama kali di St. Petersburg, Rusia ketika konferensi tingkat tinggi (KTT) G8 digelar pada Juli 2006.

BRICS menggelar KTT pertama pada 16 Juni 2009 di kota Yekaterinburg, Rusia. KTT kedua BRICS dilaksanakan pada 15 April 2010 di Brasilia, Brasil. Dalam pertemuan itu, forum membahas tentang kondisi ekonomi global dan menekankan pada perhatian keberlanjutan G20.

Baca Juga: Bakal Dihadiri Jokowi, KTT BRICS Bahas Penguatan Mata Uang Nasional dalam Perdagangan

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU