Mengenal BRICS, Aliansi Ekonomi Tandingan G7 yang Beranggotakan Brasil, Rusia, China, India, Afsel
Ekonomi dan bisnis | 8 Agustus 2023, 10:12 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Aliansi ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa (BRICS) akan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Johannesburg, Afsel, pada akhir Agustus ini. Presiden Jokowi dijadwalkan menghadiri acara tersebut dan membuat kabar bergabungnya Indonesia ke BRICS semakin santer.
Namun, Jokowi mengatakan belum ada kepastian soal masuknya RI ke BRICS.
"Nanti diputuskan," kata Jokowi di Senayan, Senin (7/8/2023).
Mengutip pemberitaan Kompas.TV. BRICS adalah organisasi antarpemerintahan yang dibentuk sejak 2006. Awalnya didirikan oleh Rusia, Tiongkok, Brasil, dan Indi, lalu Afrika Selatan bergabung pada September 2010.
Para pemimpin empat negara awal itu bertemu pertama kali di St. Petersburg, Rusia, ketika konferensi tingkat tinggi (KTT) G8 digelar pada Juli 2006.
BRICS menggelar KTT pertama pada 16 Juni 2009 di kota Yekaterinburg, Rusia. KTT kedua BRICS dilaksanakan pada 15 April 2010 di Brasilia, Brasil. Dalam pertemuan itu, forum membahas tentang kondisi ekonomi global dan menekankan pada perhatian keberlanjutan G20.
Baca Juga: Dijadwalkan Kunjungi Afsel, Jokowi Belum Putuskan Indonesia Gabung BRICS
Setelah Afrika Selatan resmi bergabung, BRICS menggelar KTT ketiga di Sanya, China pada tanggal 14 April 2011.
Informasi dari BRICS International Forum menyebutkan, pada tahun 2014, lima negara BRICS mewakili hampir tiga miliar orang atau sekitar 40 persen populasi dunia.
Produk domestik bruto (PDB) gabungan lima negara tersebut mencapai lebih dari 16 triliun dollar AS dan merupakan 20 persen PDB dunia.
Sementara perkiraan cadangan devisa gabungan lima negara tersebut pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 4 triliun dollar AS.
Sebagai negara-negara emerging market berpengaruh, pada tahun 2018, PDB BRICS mencapai 23,2 persen dari total PDB global.
Kemudian, berdasarkan data World Bank (Bank Dunia), pada tahun 2019, BRICS mewakili 41 persen populasi dunia yang memiliki 24 persen PDB dan lebih dari 16 persen saham perdagangan dunia.
Baca Juga: Airlangga Hartarto: Pertumbuhan Ekonomi RI di Atas Vietnam, Singapura, dan AS
Pada 2022, Wakil Ketua Dewan China untuk Promosi Perdagangan Internasional (China Council for the Promotion of International Trade/CCPIT) Zhang Shaogang menyebut BRICS telah menyumbang 23 persen perekonomian global, 18 persen perdagangan barang, dan 25 persen investasi asing.
Zhang juga mengatakan forum BRICS telah menarik partisipasi aktif dari 13 negara lain, termasuk Indonesia, Kazakhstan, Argentina, dan Thailand.
Kota Beijing, China menjadi tempat penyelenggaraan KTT BRICS ke-14 pada 22 Juni 2022. Saat itu, Argentina dan Iran dilaporkan telah mendaftar secara resmi untuk bergabung dengan BRICS.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut dua negara itu adalah kandidat pantas untuk BRICS dan proses persiapan untuk memperluas organisasi ini telah dimulai.
BRICS disebut-sebut akan menjadi entitas geopolitik yang menyaingi pengaruh Barat dalam kelompok forum G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Eropa).
Baca Juga: Erick Thohir Sebut Akses Jalan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Karawang Telat 6 Bulan
Ramzy Baroud, jurnalis Amerika-Palestina, menyebut perkembangan BRICS membuatnya memandang diri menjadi saingan langsung G7.
Dalam tulisan opininya di Gulf News, ia mengatakan aksesi Argentina dan Iran menunjukkan penjelmaan BRICS menjadi entitas geopolitik untuk menyaingi pengaruh Barat di pentas global.
Ia menyebut Rusia, China dan negara lain akan berinvestasi di berbagai infrastruktur ekonomi, politik, serta militer dengan harapan membuat perimbangan permanen dan berkelanjutan atas dominasi negara-negara Barat.
Ia bahkan mengungkapkan kemungkinan konflik tersebut akan membentuk masa depan umat manusia.
Dari waktu ke waktu, BRICS membahas isu-isu penting di bawah tiga pilar, yakni pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi dan keuangan, serta pilar budaya dan pertukaran orang ke orang (people to people exchanges).
Melansir dari situs resmi forum BRICS 2022, negara-negara anggota forum tersebut dikatakan telah menjunjung tinggi keadilan, mempromosikan reformasi sistem pemerintahan global, serta membuat suara BRICS didengar dalam isu kawasan maupun internasional.
Baca Juga: Di Depan Puan Maharani dan Delegasi Parlemen ASEAN, Jokowi Sebut Kepentingan Rakyat Harus Diutamakan
Oleh karena itu, BRICS telah meningkatkan suara pasar negara-negara berkembang di dunia serta mempromosikan kerja sama negara-negara bagian atau kawasan Selatan.
Kerja sama BRICS juga disebut telah diakui secara luas oleh negara-negara berkembang. Status serta perannya dalam mekanisme multilateral di PBB, G20, Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah meningkat dan berkembang.
Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mendorong Indonesia untuk segera bergabung dengan BRICS. Menurutnya, dunia saat ini memerlukan keseimbangan aspek pertahanan, keamanan, dan ekonomi.
"Itu (urgensi untuk bergabung BRICS) adalah keniscayaan," kata Connie seperti dikutip dari Antara.
Ia menyebut, kelima negara anggota BRICS saat ini berpotensi tumbuh menjadi penggerak perekonomian dunia terbesar pada 2050. Untuk itu, Connie mengatakan bahwa Indonesia perlu mempererat hubungan dengan BRICS demi memperkuat perekonomian.
Dia juga menyinggung keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyediakan biji-bijian dan pupuk secara gratis bagi negara-negara Afrika adalah contoh nyata dari upaya BRICS mengatasi masalah ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang.
Baca Juga: Kata Prabowo Soal Rocky Gerung Kritik dengan Kata Kasar ke Presiden Jokowi
Afrika Selatan merupakan ketua BRICS tahun ini. Sebelumnya, Duta Besar untuk Asia dan BRICS di Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan Anil Sooklal mengungkapkan bahwa ada lebih dari 40 negara yang telah mengutarakan minatnya untuk bergabung BRICS. Sebanyak 22 negara di antaranya telah mengajukan permohonan resmi.
Diantaranya adalah Argentina, Mesir, Indonesia, Uni Emirat Arab (UAE), dan Arab Saudi.
Ini bukan pertama kali Indonesia disebut-sebut sebagai calon anggota BRICS berikutnya. Saat KTT BRICS di Xiamen, China, pada 2017, kantor berita Xinhua bahkan tiga kali menyebut Indonesia berpotensi bergabung dalam kelompok tersebut.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas.tv, Antara