Duh, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Segera Beroperasi, tapi Akses ke Stasiun Baru Dibangun
Ekonomi dan bisnis | 2 Agustus 2023, 13:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan jika akses jalan dari dan menuju stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) belum selesai dibangun, meski rangkaian kereta sudah diuji coba dan ditargetkan beroperasi pada Agustus-September 2023 ini.
"Dengan PMO (project management office) yang demikian kompleks, ini missed satu hal, November tahun lalu saya baru sadar, kita lupa mikirin akses stasiun. Ini saya sebel juga waktu kemarin sama anak-anak KAI, jadi akses stasiunnya itu belum dipikirin, tidak ada akses jalan ke tol sama jalan besar," tutur pria yang akrab disapa Tiko itu dalam acara "InJourney Talks", Selasa (1/8/2023).
Misalnya di Stasiun Karawang dan Padalarang, yang saat ini akses jalannya sedang dibangun. Pembangunan itu baru berlangsung saat KCJB sudah akan beroperasi dan diperkirakan selesai akhir 2023.
Baca Juga: Dicoret dari PSN di Era Jokowi, Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan Lanjut di Pemerintahan Berikutnya
"Ini makanya Karawang sama Padalarang baru akhir tahun, karena di Karawang itu kalau kita buka stasiunnya di depannya, tidak ada jalan," ujar Tiko.
Sebelumnya diberitakan Kompas.tv, Jokowi dikabarkan akan meresmikan KCJB pada 18 Agustus 2023 bersamaan dengan LRT Jabodebek. Tapi kata Tiko, Presiden Jokowi akan menjajal kereta cepat pada 1 September 2023. Lalu diresmikannya baru tanggal 6 September 2023, bersama dengan Perdana Menteri China Xi Jin Ping.
Sehingga, meski sudah diresmikan, akses jalan ke stasiun kereta cepat masih ada yang belum selesai. Tiko bahkan menyebut hal itu sebagai kebodohan.
"Ini stupid juga, kok bisa kelewatan. Stasiun jadi, kereta ada, tapi belum dibikin jalan di depannya. Itu bisa kelewatan juga. Saya bilang ini gimana perencananya, masa jalan enggak ada, baru sekarang mau dibangun," ucap Tiko.
Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jalani Uji Coba Sarana dan Prasarana demi Dapat Izin Operasi
Dalam kasus ini, akses jalan menuju stasiun menjadi titik buta atau blind spot dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Menurutnya, hal itu sebenarnya sering terjadi saat menggarap proyek besar.
Tapi seharusnya bisa diatasi dengan koordinasi tim yang terlibat di dalamnya.
"Nah tim itu, kalau yang sehat saling mengingatkan, ini ada yang kelupaan, ada yang belum. Nah ini penting," lanjutnya.
Ia juga membeberkan, sebenarnya proyek ini hampir mangkrak di 2019, saat pertama kali ia ditugaskan Menteri BUMN Erick Thohir mengawal proyek ini.
Baca Juga: 31 Kereta LRT Jabodebek Spesifikasinya Beda-Beda, Pintu Kereta dan Pintu Stasiun Tidak Sejajar
Upaya yang dilakukan saat itu adalah dengan negosiasi ulang dengan pihak China mengenai pembiayaan. Lantaran proyek ini dikerjakan oleh BUMN Indonesia dan gabungan perusahaan China.
"Saya harus menyelesaikan barang ini yang waktu itu di 2019 nyaris mangkrak. Lalu dipetakan lagi supaya barang ini jalan dan akhirnya beroperasi bagaimana pun caranya," ungkap Tiko.
Kemudian dilakukan juga penanganan konstruksi terowongan yang ambrol. Lokasinya ada di ujung daerah Padalarang.
"Tiap kali dibor, ambrol lagi, dibor ambrol lagi. Akhirnya sama China diskusi panjang lebar dan meng-create bor baru. Jadi dia sambil bor, dia bisa sambil ngecor," sambungnya.
Baca Juga: Wamen BUMN Ungkap Ada Salah Desain LRT Jabodebek, Semua Komponen Proyek Berjalan Liar
Ia mengatakan banyak pihak yang terlibat dalam proyek ini. Ada yang mengurusi pembangunan rel sampai menghitung biaya pembangunan yang membengkak.
"Jadi kita bikin PMO besar dengan berbagai komponennya, ada yang ngurusi mengenai civil works-nya, sarananya, stasiunnya, integrasi teknologinya, negosiasi keuangan dengan China, mengubah Perpres," ujar Tiko.
"Jadi dalam 3,5 tahun, dari kondisi mangkrak sekarang akan beroperasi, dengan berbagai macam tantangan," tandasnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV