10 Negara dengan Pendapatan Terendah Versi Bank Dunia, Indonesia Termasuk?
Keuangan | 18 Juli 2023, 02:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pada awal Juli lalu, Bank Dunia merilis data pendapatan nasional bruto atau gross national income (GNI) per kapita untuk periode 2022.
Terdapat 4 kategori kelompok dalam rilisan tersebut, yaitu negara berpendapatan rendah, negara berpendapatan menengah bawah, negara berpendapatan menengah atas, dan negara berpendapatan tinggi.
Dalam data tersebut, terdapat 22 negara yang masih tergolong ke dalam negara berpendapatan rendah, atau dalam arti lain adalah negara-negara yang memiliki GNI per kapita di bawah 1.335 dollar AS atau setara sekitar Rp20,03 juta (kurs Rp15.000 per dollar AS) pada tahun 2022.
Lantas, negara apa saja yang menempati peringkat terbawah daftar GNI per kapita dunia?
Menurut rilisan Bank Dunia pada awal Juli lalu, Burundi menjadi negara dengan pendapatan per kapita paling rendah dari negara lain. Tercatat, Burundi memiliki GNI per kapita sebesar 240 dollar AS atau setara dengan Rp3,6 juta dan menempati peringkat ‘bontot’ dari 196 yang didata oleh Bank Dunia.
Baca Juga: Ini Daftar Negara Bebas Visa bagi Paspor Indonesia, Ada Qatar hinggga Kolombia
Sedangkan Burundi sendiri adalah negara yang berada di daerah Danau Besar di tengah Benua Afrika yang memiliki luas sekitar 27.834 km persegi dengan populasi 12,89 juta penduduk.
Menjadi negara dengan pendapatan terendah bukan tanpa alasan, sebab menurut CountryReports, penyebab utamanya karena tidak berkembangnya sektor manufaktur negara tersebut dengan mayoritas penduduk yang masih bekerja di sektor pertanian dengan komoditas utama kopi dan teh.
Kemudian, negara yang masuk peringkat kedua dengan pendapatan per kapita terendah adalah Afghanistan dengan angka 390 dollar AS atau setara Rp5,85 juta.
Menurut penilaian CountryReports, penyebab rendahnya pendapatan negara yang terletak di Kawasan Asia Tengah ini adalah minimnya infrastruktur yang diikuti dengan tingginya korupsi. Sejak 2014, tingkat pendapatan per kapita Afghanistan terus menyusut dengan ditariknya tentara AS yang merupakan penyumbang utama ekonomi.
Penulis : Gilang Romadhan Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV