> >

BSI Gangguan Berhari-hari, Apkasindo Minta Bank Konvensional Diizinkan Beroperasi Lagi di Aceh

Perbankan | 15 Mei 2023, 10:11 WIB
Petani mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Aceh Timur. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, meminta pemerintah untuk mengizinkan kembali bank konvensional di daerah itu. (Sumber: Antara)

ACEH, KOMPAS.TV - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, meminta pemerintah untuk mengizinkan kembali bank konvensional di daerah itu sebagai pilihan untuk transaksi keuangan guna mendukung kemajuan ekonomi dan investasi.

“Kehadiran bank konvensional di Aceh selama ini sangat dibutuhkan masyarakat dan pelaku usaha, karena memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan baik di dalam negeri maupun ke luar negeri,” kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, Yuslan Thamren, seperti dikutip dari Antara, Minggu (14/5/2023).

Menurut dia, gangguan layanan perbankan melalui PT Bank Syariah Indonesia (BSI) sejak Senin (8/5) lalu, banyak pengusaha asal Aceh di Jakarta termasuk dirinya tidak bisa bertransaksi keuangan untuk berbisnis. Mereka tidak bisa menarik uang di dalam rekening miliknya maupun transfer antarbank.

Yuslan mengatakan, selama ini banyak pengusaha asal Aceh termasuk masyarakat Aceh yang menyimpan uang di rekening BSI, tidak bisa bertransaksi secara maksimal karena layanan yang masih terganggu.

Baca Juga: Geger Klaim Lockbit 3.0, Dirut BSI Pastikan Data Nasabah Terlindungi

Dampak gangguan yang kini masih terjadi, kata dia, membuatnya tidak bisa membayar barang yang sudah tiba dari Amerika Serikat ke Indonesia, karena tidak bisa melakukan transfer dari aplikasi perbankan bergerak (mobile banking) yakni BSI Mobile.

Hal yang sama juga dialami oleh rekan bisnis dari Aceh yang saat ini berada di Jakarta, yang tidak bisa bertransaksi karena gangguan layanan di BSI.

Untuk itu, ia mengharapkan agar persoalan ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Yaitu dengan menghadirkan kembali layanan bank konvensional di Aceh, sehingga masyarakat memiliki pilihan untuk bertransaksi keuangan.

“Kami dukung BSI tetap ada di Aceh, tapi masyarakat dan pelaku usaha juga diberikan pilihan agar kami bisa bertransaksi melalui bank konvensional,” ujar Yuslan.

Baca Juga: Diduga Jadi Penyebab Gangguan Layanan BSI, Apa Itu Ransomware?

Yuslan menjelaskan, Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Lembaga Keuangan Syariah mulai diterapkan sejak tahun 2019 dan efektif pada 2021. Sejak saat itu, masyarakat di kabupaten/kota di Aceh hanya mendapatkan dua pilihan bank untuk bertransaksi yaitu Bank BSI dan Bank Aceh Syariah, yang memiliki layanan di seluruh Aceh.

Hal ini merupakan kekhususan Aceh sebagai daerah istimewa yang melalui Qanun (Peraturan Daerah) Lembaga Keuangan Syariah, bahwa hanya memperbolehkan perbankan dengan sistem syariah islam yang boleh beroperasi di Aceh.

“Jadi, kami berharap pemerintah kembali membuka layanan bank konvensional di Aceh, agar ekonomi masyarakat Aceh tidak semakin terpuruk,” ucap Yuslan.

Pengamat ekonomi syariah dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, Damanhur menilai, Provinsi Aceh berpotensi rugi hingga puluhan miliar rupiah akibat terhentinya layanan BSI karena gangguan yang terjadi sejak Senin (8/5) lalu.

Baca Juga: Ransomware Lockbit 3.0 Ancam BSI, Beri Tenggat Waktu 72 Jam untuk Negosiasi

Ia mengatakan, layanan teller bank, ATM, dan mobile banking BSI yang tak bisa digunakan membuat tidak ada pencairan dana selama beberapa hari untuk instansi vertikal di Aceh.

"Cerita jaringan ATM eror dan aplikasi mobile banking eror itu bukan kali pertama. Namun, ini kali pertama yang terlama, sampai tiga hari. Kalau kita hitung, bisa ratusan miliar kerugian nasabah, mulai pebisnis, pemerintah, sampai masyarakat biasa,” kata Damanhur seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (12/5).

"Perputaran uang dari instansi vertikal saja itu berapa puluh miliar dalam tiga hari. Ini sungguh merugikan banyak pihak,” ujarnya.

Menurutnya, sistem perbankan BSI yang eror selama berhari-hari itu menunjukkan bank syariah tersebut pelit dalam melakukan investasi bidang teknologi informasi.

Damanhur mencontohkan, mobile banking yang digunakan BSI merupakan aplikasi berbasis website. Sehingga, sangat mudah diretas. Ia menilai, seharusnya BSI mengutamakan prinsip customer is everything (pelanggan adalah segalanya, red).

Baca Juga: BSI Belum Normal Pengusaha SPBU Terkendala Membayar Minyak

“Bukan aplikasi basis utamanya mobile banking dengan pengamanan ekstra. Ini menandakan ketidakseriusan dan pelitnya BSI investasi bidang teknologi. Padahal itu jantung pengamanan sebuah bank,” ucapnya.

Keberadaan BSI di Aceh memang cukup signifikan lantaran menjadi satu-satunya bank syariah nasional yang beroperasi di wilayah itu. Sedangkan bank konvensional sudah tidak ada lagi di Aceh.

Sementara itu, dalam konferensi pers Kamis (11/5) sore kemarin, Dirut BSI Hery Gunardi menyatakan seluruh layanan perbankan BSI sudah kembali normal. Baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun mobile banking.

“Alhamdullilah pada hari ini, layanan cabang, ATM, dan mobile banking sudah kembali normal dan dapat digunakan oleh para nasabah untuk melakukan transaksi,” kata Hery dalam Konferensi Pers Update Layanan BSI di Jakarta, Kamis.

Hery memaparkan, pihaknya telah melakukan peningkatan kapasitas agar core banking dan critical channel bisa kembali dipulihkan dengan cepat dan stabil, sehingga layanan kepada nasabah dapat sepenuhnya normal.

Baca Juga: Imbas Gangguan Layanan BSI, Kanwil Kemenag Jatim Minta Pelunasan Biaya Haji Diperpanjang Lagi

Pada Minggu (7/5), BSI melakukan mitigasi risiko di sistem Information Technology (IT) milik perseroan dengan melakukan maintenance atau pemeliharaan.

Keesokan harinya, yakni pada Senin (8/5), nasabah mengalami kendala dalam mengakses layanan BSI menyusul proses pemeliharaan sistem yang dilakukan. Pada hari tersebut, BSI secara intens melakukan normalisasi layanan secara bertahap.

Hasilnya pada Selasa, (9/5), nasabah telah bisa melakukan transaksi di jaringan cabang dan ATM BSI yang tersebar di seluruh Indonesia. Malam harinya, secara bertahap layanan BSI Mobile sudah dapat diakses oleh nasabah dengan fitur-fitur dasar.

“Hari ini tanggal 11 Mei, BSI Mobile sudah dapat digunakan untuk bertransaksi oleh nasabah dengan fitur yang lebih lengkap,” ucapnya.

 

Dalam proses normalisasi layanan, ia menuturkan tim IT BSI bekerja sama dengan Tim IT Bank Mandiri dan berkoordinasi secara intens dengan berbagai pihak terkait, baik regulator maupun lembaga pemerintah.

Baca Juga: Beli Tiket Konser Coldplay Pakai Dana Darurat Boleh Enggak Sih? Ini Kata Perencana Keuangan

Dalam keseluruhan proses yang berlangsung, BSI terus memastikan kepada nasabah dan pemangku kepentingan bahwa data dan dana nasabah berada dalam kondisi baik dan aman.

Atas nama BSI, Hery pun menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan nasabah karena adanya kendala dalam mengakses layanan BSI.

Sementara bagi para nasabah dan pemangku kepentingan di Aceh, di mana BSI merupakan satu-satunya bank syariah di sana, perseroan terus berkoordinasi dengan regulator, pemerintah daerah, pengusaha, dan nasabah setempat agar mendapat win-win solution dari adanya kejadian ini.

“Alhamdulillah perlahan berbagai pemangku kepentingan tersebut sudah ter-info dengan baik,” tutur Hery.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV, Antara, Kompas.com


TERBARU