Sedih Bun, Tupperware Mau Bangkrut Karena Penjualan Merosot
Ekonomi dan bisnis | 11 April 2023, 16:07 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Produsen peralatan makan asal Amerika Serikat, Tupperware, terancam bangkrut karena kinerja keuangannya terus merosot. Hal itu juga membuat harga sahamnya anjlok hampir 50 persen di Wall Street.
Manajemen Tupperware membuat siaran pers kepada publik, mengatakan perusahannya sedang mengalami "keraguan besar tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya".
Mengutip dari CBS, jebloknya kinerja Tupperware ini terjadi setelah pandemi berakhir dan kehidupan masyarakat kembali normal. Selama pandemi, bisnis Tupperware melesat karena semua orang memasak di rumah dan menyetok makanan.
Perusahaan yang berbasis di Orlando itu bahkan kemungkinan tidak bisa membayar utang-utangnya. Seperti yang tercantum dalam rilis mereka, yang menyebut perusahaan mengalami "kendala uang tunai yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi."
Baca Juga: Tips Aman Bertransaksi dengan QRIS Agar Tak Jadi Korban Penipuan
Tupperware juga akan menjual sejumlah properti yang dimilikinya, memangkas bagian bisnis yang lain dalam rangka restrukturisasi perusahaan.
"Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami," kata Miguel Fernandez, CEO Tupperware Brands, dalam pernyataannya.
"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami." tambahnya.
Tupperware juga memperingatkan bahwa mereka menghadapi delisting dari New York Stock Exchange karena terlambat mengajukan laporan tahunan standarnya, yang dikenal sebagai 10-K.
Fernandez juga mengatakan bahwa ketika melaporkan hasil keuangannya, mereka akan terlihat jauh lebih buruk daripada yang dilaporkan perusahaan pada awalnya.
Baca Juga: Rahasia Resep Kue Kering Lebaran 2023 agar Renyah dan Tahan Lama seperti yang Dijual di Toko
Perusahaan mencapai kesepakatan dengan pemberi pinjaman, terkait target penjualannya pada Oktober 2022.
Tapi pada bulan yang sama, Fernandez menegosiasikan ulang perjanjiannya dengan pemberi pinjaman dan meminta agar kreditur memberi perusahaan lebih banyak fleksibilitas.
Tupperware juga menghadapi gugatan dari investor yang menuduh perusahaan menyembunyikan "masalah serius" dalam pengajuan keuangannya.
Mengutip dari laman resmi Tupperware Indonesia, bisnis penjualan Tupperware yang banyak dilakoni emak-emak di Indonesia ini didirikan oleh Earl Silas Tupper.
Tupper merupakan pebisnis kelahiran Amerika Selatan tahun 1907. Pada tahun 1928, ia bergabung dengan perusahaan yang berbasis inovasi.
Baca Juga: Naik KRL Pagi-pagi Buta Berburu Gamis Lesti Kejora di Pasar Tanah Abang untuk Lebaran
Lewat berbagai riset yang dilakukan, ia berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene (bahan dasar pembuat plastik) menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau.
Pada tahun 1938, Tupper mendirikan usaha plastik miliknya sendiri, Earl S Tupper Company dan mematenkan produknya dengan nama Poly-T.
Pada tahun 1946, Tupper turut memeriahkan pasar Amerika yang kembali bergairah pasca Perang Dunia II, dengan meluncurkan produk pertamanya yang segera disambut dengan antusias, yaitu wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek Tupperware.
Seiring waktu, bisnis Tupperware pun berkembang ke berbagai penjuru dunia.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber :