> >

Mengenal Syekh Nawawi Al-Bantani, Ulama Indonesia yang Jadi Imam Besar Masjidil Haram

Cerita | 8 April 2022, 17:19 WIB
Ilustrasi, jemaah haji mengelilingi Kabah, bangunan berbentuk kubus di Masjid Al Haram. Ulama di Indonesia, Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani pernah jadi imam besar di Masjidil Haram (Sumber: AP/STR)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejarah Islam Indonesia tidak akan lepas dari sosok para ulama. Salah satu ulama yang namanya masyhur hingga sekarang yaitu buyut Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin, Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani.

Beliau ulama besar yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia.

Syekh Nawawi juga seorang intelektual yang sangat produktif menulis kitab. Beliau menulis banyak karya kitab berbahasa Arab dan jadi rujukan khususnya di seluruh dunia. 

Jumlah karya kitab Syawawi jumlah tidak kurang dari 115 kitab, meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir dan hadis.

Baca juga: 3 Ulama Indonesia yang Jadi Imam Besar Masjidil Haram

Silsilah dan Masa Kecil Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani

Dalam biografi yang ditulis Gus Muhammad Irfan Zidny, Lc, Syekh Muhammad Nawawi dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815.

Ia dilahirkan dengan nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani. Dia adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Ia merupakan generasi ke-12 dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Banten Putra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Nasabnya melalui jalur Kesultanan Banten ini sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Ayah Syekh Nawawi merupakan seorang Ulama lokal di Banten, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani, sedangkan ibunya bernama Zubaedah, seorang ibu rumah tangga biasa.

Sejak berusia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama Islam langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudara kandungnya, Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran dan tafsir.

Baca juga: Mengenal Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Guru Para Ulama di Indonesia dan Imam Masjidil Haram

Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya, Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada K.H. Sahal, salah seorang ulama terkenal di Banten saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta.

Di usianya yang belum genap lima belas tahun, beliau telah mengajar banyak orang, sampai kemudian ia mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah banyak. Baru, setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Muhammad Nawawi menunaikan haji dan kemudian berguru kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah.

Syaikh Nawawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal Tanara, Serang. Beliau dikaruniai 3 orang anak bernama Nafisah, Maryam, Rubi'ah. Sang istri wafat mendahului dia.

Pengabdian Syekh Nawawi

Setelah tiga tahun bermukim di Mekah, beliau pulang ke Banten sekitar tahun 1828 Masehi. Sampai di tanah air dia menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyat.

Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, jiwa jihadnya pun berkobar.

Beliau melakukan dakwah keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Sampai akhirnya, pemerintah Belanda membatasi gara-geriknya dengan dilarang berkhutbah di masjid-masjid.

Bahkan dia dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Akhirnya, ia kembali ke Mekah setelah ada tekanan pengusiran dari Belanda, tepat ketika puncak terjadinya Perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830.

Baca juga: Esensi Tidur di Bulan Puasa Menurut Imam Al Ghazali

Menjadi Imam masjidil Haram

Begitu sampai di Mekah, beliau segera kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya.

Namanya mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali, Mekah. Dia mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tetapi semakin lama jumlahnya kian banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia.

Puncak kemasyhurannya, ketika beliau ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram, menggantikan Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi atau Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Tidak hanya di kota Mekah dan Madinah saja dia dikenal, bahkan di negeri Suriah, Mesir, Turki, hingga Hindustan namanya begitu masyhur.

Syekh Nawawi meninggal di Mekah pada 1897. Beliau adalah guru ulama-ulama pesantren di Indonesia.

Penulis : Baitur Rohman Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU