> >

Yuk Buka Puasa di Masjid Jami Pekojan Semarang, Ada Bubur India yang Sudah Berusia 1 Abad

Takjil | 15 April 2021, 12:57 WIB
Bubur India yang disajikan saat berbuka puasa selama Ramadan di Masjid Jami Pekojan Kota Semarang. (Sumber: Kompas.com/Riska Farasonalia)

SEMARANG, KOMPAS.TV- Berbuka puasa Ramadan makin menarik dan menambah selera jika cocok menu makanannya, apalagi kalau unik.  Menu seperti itu akan bisa didapati di Masjid Jami Pekojan Kota Semarang, Jawa Tengah.

Penasaran dengan kuliner yang disebut tak lekang zaman.

Namanya Bubur India. Setiap buka puasa Ramadan, Masjid Jami Pekojan Kota Semarang menyajikan bubur ini. Tak hanya satua atau dua tahun, menu ini menjadi sajian rutin waktu berbuka, yang sudah turun-temurun hingga empat generasi. 

Bubur India menjadi makanan khas yang selalu dinanti warga sekitar masjid yang terletak di Jalan Petolongan I, Kelurahan Purwodinatan. Bubur yang terbuat dari campuran beras ini disajikan secara cuma-cuma alias gratis sebagai hidangan berbuka puasa.

Baca Juga: Bubur Suro Khas Ramadan Masjid Suro

Ketua Takmir Masjid, Ali Baharun mengaku merupakan generasi keempat pewaris tradisi pembuatan Bubur India tersebut. Di masjid peninggalan sejarah itu, Ali juga sempat berkisah tentang tradisi penyajian takjil saat buka puasa dengan bubur India sudah berlangsung sekitar satu abad.

"Sejak saya kecil sudah ada (tradisi bubur India). Sebelum itu juga sudah ada. Ya mungkin sekitar satu abad. Ini sudah sampai ke empat/lima generasi. Saya generasi ke empat, mbah dan bapak saya sudah meninggal," ujar Ali, Rabu (14/4/2021).

Ia menceritakan, penyajian Bubur India untuk buka puasa sendiri berawal dari kebiasaan para pendiri Masjid Jami Pekojan yang berasal dari Gujarat. Dahulu, penduduk sekitar menyebut mereka sebagai orang-orang India.

Mereka punya kebiasaan mengawali berbuka puasa dengan makan bubur sehingga muncul penyebutan nama Bubur India.

"Nama Bubur India cuma penyebutan saja,"  imbuhnya.

Baca Juga: Asal-usul Istilah Ngabuburit yang Identik dengan Bulan Ramadan, Sudah Tahu?

Dilengkapi rempah tradisional

Menurutnya, Bubur India dibuat dari resep turun temurun selama satu abad sehingga cita rasanya konon tidak berubah. Bubur dilengkapi rempah-rempah tradisional seperti jahe, lengkuas, serai, daun salam, daun pandan, kayu manis, wortel, bawang merah dan bawang putih.

Proses memasaknya memakan waktu hingga dua jam dan harus selalu diaduk untuk menjaga kekentalan bubur. Tak hanya itu, setelah matang, bubur disajikan dengan sayur berkuah yang selalu berganti-ganti setiap harinya.

Kali ini, bubur dilengkapi dengan sayur kare dengan kuah santan yang dilengkapi kol, wortel dan daging sapi.

Nah, pembagian bubur secara gratis tersebut konon menjadi perekat antaretnis di Kampung Pekojan. Setidaknya ada empat etnis yang hidup wilayah tersebut yaitu Jawa, India, Arab dan China.

Baca Juga: Resep Mudah Membuat Bubur Sumsum Biji Salak, Sajian Lezat untuk Berbuka Puasa

Selepas Ashar, mangkuk berwarna-warni berisi bubur dan sayur sudah mulai ditata rapi dengan pengaturan jarak di serambi masjid. Setiap mangkuk dihidangkan sepaket dengan segelas susu coklat atau teh hangat, kurma dan buah semangka.

Setiap harinya pengurus masjid mengolah sekitar 15 hingga 20 kilogram Bubur India yang disajikan untuk 150 hingga 200 mangkuk. Dananya pun berasal dari para donatur masjid.

"Sekarang rata-rata 100 sampai 150 porsi untuk jamaah yang di masjid. Tapi yang diluar itu sudah tak terhitung. Sebelum pandemi juga sama jumlahnya tidak ada pengurangan. Karena kalau yang buka banyak kasihan kalau tidak kebagian," lanjut Ali Baharun seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/4/2021).

Di masjid bersejarah itu, pihaknya telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker dan pengaturan jarak. Ia mengungkapkan, penyajian buka puasa sempat berhenti saat Ramadan tahun 2020 karena pandemi.

Baca Juga: Menikmati Kelezatan Bubur Bakar Sambal Tumpang

Saat itu Bubur India yang dibagikan kepada jemaah hanya berlangsung selama lima hari saja.

"Tahun kemarin cuma berlangsung lima hari. Dari pihak kelurahan harus diberhentikan karena pandemi," kata pria keturunan Yaman ini.

Ia pun berharap, agar jemaah yang hadir disiplin mematuhi protokol kesehatan sehingga kegiatan tersebut bisa dilaksanakan sebulan penuh.

"Harapan saya, pengurus dan warga masyarakat tahun ini bisa samapai akhir. Mudah-mudahan doakan saja asal semua bisa tertib, Insya Allah bisa (digelar sebulan penuh)," tandas dia.

Penulis : Gading Persada Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU