Warga Tanah Merah Tolak Pembuatan Zona Aman Depo Plumpang, Pemerintah Beda Sikap
Ekonomi dan bisnis | 8 Maret 2023, 07:26 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Warga Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara, menolak pembuatan zona aman dari Depo Pertamina Plumpang karena berarti akan menggusur mereka. Pemerintah pun dalam hal ini tak satu suara.
Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang akan membuat buffer zone atau wilayah aman di sekitar depo berjarak 50 meter dari pagar. Dengan kata lain, permukiman warga yang berada dalam radius tertentu akan tergusur.
Warga Tanah Merah meminta agar zona aman diarahkan dari pagar ke dalam, bukan sebaliknya.
Bendahara Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) Muktar menegaskan, pembangunan zona aman itu seharusnya tidak mengorbankan warga.
“Jangan atas nama keamanan, lantas bisa dibenarkan penggusuran,” kata Muktar di RT 012 RW 009 Rawa Badak Selatan, Koja, Selasa (7/3/2023), dikutip dari Kompas.id.
Ia mengungkapkan, lebih kurang 500 warga telah berembuk pada rapat Senin malam. Kemudian menghasilkan beberapa keputusan, antara lain menolak pembuatan buffer zone.
Baca Juga: Pertamina Telusuri Surat Pernyataan Tidak Menggugat yang Didapat Korban Kebakaran Depo Plumpang
Warga juga menuntut Pertamina segera bertanggung jawab pada warga yang terdampak, baik mereka yang terluka, meninggal, atau yang rumahnya hancur dan terbakar.
“Kalau depo Pertamina mau dipindah, silakan dipindah. Yang jelas, kami menolak relokasi. Soal keamanan dan keselamatan ke depannya, seharusnya Pertamina memikirkannya tanpa mengorbankan nasib warga,” ucap Muktar.
Warga Tanah Merah, lanjutnya, akan tetap tinggal di situ. Pada Rabu besok, mereka bahkan berencana untuk membersihkan puing-puing kebakaran secara bersama-sama.
Selain agar tidak menjadi “obyek wisata”, hal itu dilakukan agar warga bisa segera kembali bermukim di sana. Sembari menunggu uang ganti rugi dari Pertamina, mereka akan membangun tenda di bekas rumah yang terbakar.
Pemerintah tak satu suara
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV