Disney PHK 7.000 Karyawan demi Menghemat Pengeluaran Rp83,1 T
Ekonomi dan bisnis | 9 Februari 2023, 16:02 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Perusahaan hiburan asal Amerika Serikat, Disney, berencana memangkas sebanyak 7.000 pegawainya. Hal itu dinilai mampu menghemat pengeluaran hingga 5,5 miliar dolar AS (Rp83,1 triliun).
Kabar pengurangan pegawai itu disampaikan langsung oleh CEO Disney Bob Iger yang baru saja kembali mengambil posisi pucuk pimpinan pada akhir 2022.
Dilansir Antara, Kamis (9/2/2023), Iger mengatakan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) itu diambil sebagai cara perusahaan bertahan di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Bersamaan dengan rencana PHK pegawai, Iger juga mengumumkan perubahan divisi untuk bisnis Disney yang kini terdiri dari Hiburan dan Produk Disney, ESPN, serta Disney Parks.
Baca Juga: Zoom PHK 1.300 Karyawan, Gaji Bos Dipotong hingga 98 Persen
Iger menilai, layanan hiburan digitalnya masih bisa bertumbuh meski tengah mengalami pelambatan.
Lesunya kinerja Disney juga disebabkan lemahnya pertumbuhan pengguna. Di AS dan Kanada, pada akhir 2022, hanya ada penambahan 20.000 pelanggan Disney Plus dan membuat total pelanggan di kawasan tersebut berjumlah 46,6 juta.
Secara internasional, jumlah pelanggan layanan Disney Plus (tidak termasuk Disney HotStar), bertambah 1,2 juta.
Layanan streaming Disney lainnya, yakni Hulu dan ESPN Plus, juga memiliki pertumbuhan yang sama lambatnya, masing-masing hanya berhasil menambah jumlah pelanggan sebanyak 800.000 dan 600.000.
Baca Juga: Desakan Investor di Balik Langkah Google PHK 12.000 Karyawan
Disney mencatat layanan streaming tersebut tetap mengalami peningkatan sebesar 13 persen, dengan jumlah total 5,3 miliar dolar AS (Rp80,1 triliun).
Tapi, Hulu dan ESPN Plus disebut kehilangan sekitar 1,5 miliar dolar AS di kuartal terakhir 2022.
“Perkiraan kami saat ini menunjukkan Disney Plus akan mencapai profitabilitas pada akhir tahun fiskal 2024 dan pencapaian itu tetap menjadi tujuan kami," kata Iger.
Meski pada akhir 2022 Disney mengalami penurunan, menurut Iger, hal itu belum bisa menjadi acuan untuk mengubah taktik perusahaannya.
Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Antara