Dukung Larangan Ekspor Bauksit, Ketum KADIN Harap Timah dan Emas Menyusul
Ekonomi dan bisnis | 27 Desember 2022, 15:16 WIB"Jadi itu yang menjadi dasar kenapa pemerintah mendorong untuk program hilirisasi industri."
Ia optimistis hilirisasi bauksit akan berjalan seperti nikel yang terintegrasi dari hulu ke hilir, hingga benar-benar menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan bukan sekadar barang setengah jadi.
Hilirisasi akan dapat mengakselerasi pengolahan bauksit itu sampai menjadi produk aluminium ingot pada 2025. Ini akan memberikan dampak bagi perekonomian nasional melalui hilirisasi bauksit, industri ringan, dan logistik modern yang ramah lingkungan.
“Aluminium ingot sangat diperlukan industri dalam negeri, seperti pelat, billet, scrap, dan bentuk profil yang diperlukan dalam proses di industri seperti pesawat terbang, kapal, otomotif, dan konstruksi.”
Ia melanjutkan, dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan seluruhnya bisa diisi dari industri aluminium dalam negeri. Dengan cadangan bauksit yang ada, Indonesia punya potensi
memenuhi kebutuhan aluminium sampai beberapa puluh tahun ke depan.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan RI Bukan Negara Tertutup Meski Larang Ekspor Nikel dan Bauksit
Adapun bauksit dengan kapasitas terbesar itu berada di Kalimantan Barat.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, smelter terpasang untuk bijih bauksit di RI saat ini sudah sebanyak 4 unit, dengan kapasitas olahan alumina mencapai 4,3 juta ton setiap tahunnya.
“Selain itu pemurnian bauksit dalam tahap pembangunan itu kapasitas inputnya adalah 27,41 juta ton dan kapasitas produksinya 4,98 juta ton atau mendekati 5 juta ton,” kata Airlangga pada pekan lalu.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber :