> >

Dedi Mulyadi Sebut Suplai Beras di Pasaran Relatif Baik, tapi Dipegang oleh Bandar

Ekonomi dan bisnis | 5 Desember 2022, 20:42 WIB
Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Dedi Mulyani menilai suplai beras di pasaran masih relatif baik, hanya saja dikuasai oleh para bandar beras. (Sumber: Dok. Humas Partai Golkar)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dedi Mulyani menilai suplai beras di pasaran masih relatif baik, hanya saja dikuasai oleh para bandar beras.

Penjelasan Dedi tersebut disampaikan dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Senin (5/12/2022), menanggap pertanyaan tentang impor beras.

“Kalau kita bicara suplai pasar, kan sampai hari ini suplai pasar masih relatif baik. Cuma yang memegang beras hai ini adalah bandar beras, kalau bahasa kasar saya,” tuturnya.

“Bukan mafia beras lho, para pengelola beras yang mereka melakukan pembelian gabah petani.”

Selama ini, lanjut Dedi, para bandar beras itulah yang menyerap gabah dari para petani, mulai dari bandar besar hingga bandar kecil.

Baca Juga: Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Keberatan jika Beras Impor Dijual ke Pasaran: Merugikan Petani

“Selama ini, jujur saja, petani ini kan diserap pasar gabahnya oleh mereka, oleh para bandar, mulai dari bandar kecil sampai bandar besar.”

Para bandar tersebut, kata Dedi membeli gabah petani tanpa harus ribet dengan segala standardisasi.

“Mereka yang beli kok, tanpa harus membuat standardisasi, enggak ribet. Kemudian, beras ada di mereka, dan hari ini mereka pasti dong mengatur keuntungan.”

“Kalau (pasar) disiram (dengan beras impor), mereka  juga akan jatuh rugi, yang ujungnya, itu (petani) yang lagi panen sekarang, rugi lagi,” ucapnya.

Dedi juga berpendapat bahwa impor beras yang dilakukan oleh pemerintah hanya untuk memenuhi cadangan beras, dan disimpan di gudang Bulog.

Hal itu, lanjut dia, sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga ketersediaan beras.

“Jangan sampai beras yang diorientasikan untuk cadangan beras nasional ini, itu kemudian masuk ke pasar secara tiba-tiba, kan yang menikmati yang impor, bukan para petani.”

Saat ditanya apakah ia mengecek data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut tahun ini Indonesia mengalami surplus beras, Dedi menyebut tidak mengeceknya.

“Kalau saya sih enggak bilang ngecek, saya bilang dapil saya ini kan dapil area pertanian, termasuk juga saya sering ke wilayah produksi beras.”

“Saya ini tiap hari lho menerima pernyataan dari para petani, ‘Pak Dedi, tolong nih harga lagi bagus, kita lagi panen, jangan disiram, kalau disiram kita hancur lagi harganya’, ini kata mereka,” tuturnya lagi.

Menurutnya, ia selalu menjawab pertanyaan para petani tersebut dengan mengatakan bahwa impor yang dilakukan oleh Bulog hanya untuk mengisi gudang yang kosong.

“Saya selalu jawab, kalau pun mungkin Bulog harus melakukan impor, itu untuk mengisi gudang-gudang Bulog yang kosong, itu nanti tersinergi dengan program pemerintah yang selama ini tidak berjalan.”

“Kan serapan beras untuk bantuan pangan nontunai Kemensos ternyata tidak menyerap beras Bulog, mereka beli beras pasar,” lanjutnya.

Baca Juga: Harga Beras di Balikpapan Merangkak Naik Jelang Nataru

Hal yang diperbaiki menurut Dedi adalah manajemen pengelolaan distribusi beras di internal pemerintah, termasuk sinkronisasi data.

“Yang harus diperbaiki adalah manajemen pengelolaan, termasuk di internal pemerintah melakukan koordinasi, sinkronisasi data, sehingga tidak terjadi simpang siur data, yang dua-duanya dikeluarkan oleh pemerintah.”

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU