Gelombang PHK Industri Tembakau Bakal Tak Terbendung, Ini Alasannya
Kebijakan | 13 Oktober 2022, 14:59 WIBSURABAYA, KOMPASTV – Gelombang pemutusan hubungan kerja pada industri hasil tembakau (IHT) diprediksi bakal sulit dibendung. Hal ini menyusul kekhawatiran dari IHT jika pemerintah menaikkan tarif cukai lagi pada 2023.
“Jika cukai naik, pasti akan mengerek inflasi. Saat inflasi naik, daya beli semakin turun sehingga produksi juga merosot,” ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto, seperti dikutip Kompas.id, Rabu, (12/10/2022).
Disebutkan, pihaknya sudah berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo meminta agar kenaikan cukai pada 2023 sebesar nol persen untuk menjaga kestabilan ekonomi.
Untuk diketahui, pelaku usaha, terutama industri pengolah hasil tembakau, di Jatim sangat berkepentingan dengan tarif cukai karena merupakan provinsi dengan produksi tembakau terbesar di Indonesia. Industri hasil tembakaunya juga sangat banyak.
Jumlah tenaga kerja yang terkait dengan pertembakauan mencapai jutaan orang. Di sektor hulu, misalnya, terdapat petani tembakau, buruh tani, serta penyedia sarana produksi pertanian. Kemudian di sektor hilir terdapat pedagang, industri hasil tembakau, pekerja pabrik, hingga para pedagang.
Baca Juga: Was-was Peringatan Gelombang PHK, Ini Kondisi Lapangan Kerja di Indonesia
Ketua Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero) Jatim Sulami Bahar turut meminta pemerintah memperhatikan industri hasil tembakau. Apabila harus ada kenaikan tarif cukai, dia berharap angkanya maksimal 6-7 persen.
Dikatakan, jika tarif cukai kembali naik tinggi, dampaknya nanti akan terjadi penurunan produksi yang semakin besar. Awalnya industri hasil tembakau akan mengurangi jam kerja karyawan.
“Kalau sudah tidak sanggup, ya, larinya ke PHK (pemutusan hubungan kerja). Kami prediksi yang kena PHK bisa sampai 30 persen dari total karyawan,” kata Sulami Bahar yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Kadin Jatim.
Tak mau lakukan PHK lagi
Legal Market Sales PT Mustika Tembakau Indonesia Onny Wiryandono mengatakan, pihaknya sangat keberatan dengan rencana kenaikan tarif cukai hasil tembakau karena tahun 2022 ini perusahaan rokok golongan III yang berlokasi di Sidoarjo ini sudah banyak melakukan pengurangan pegawai akibat kenaikan cukai sebesar 12 persen.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas.id