> >

Jika Tak Ditangani, Gangguan Kesehatan Mental Ternyata Membahayakan Perekonomian

Ekonomi dan bisnis | 10 Oktober 2022, 08:59 WIB
Hari Kesehatan Mental Dunia atau World Mental Health Day 2022 hari ini 10 Oktober. (Sumber: mentalhealth.uk)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Tanggal 10 Oktober setiap tahunnya, diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day). Adapun tema Hari Kesehatan Mental 2022 ini telah diumumkan oleh World Federation for Mental Health (WFMH) yaitu Jadikan kesehatan mental untuk semua sebagai prioritas global.

Hal itu lantaran Selama 2 tahun dunia mengalami pandemi, jumlah orang yang mengalami masalah mental bertambah banyak. Apalagi sekarang dunia mengalami krisis ekonomi, pangan, dan energi.

Pendiri KALBU (platform online untuk kesehatan mental masyarakat) Iman Hanggautomo mengatakan, kelompok yang paling rentan terhadap masalah mental di masa pandemi adalah anak dan remaja, kalangan pekerja terutama mereka yang kehilangan pekerjaan atau berkurang penghasilannya, serta orang tua dan pasangan yang diharuskan terlalu sering bersama karena adanya pembatasan kegiatan.

“Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Keluhan kesehatan mental bahkan dapat memicu munculnya masalah pada kesehatan fisik. Seperti halnya fisik yang sakit harus diobati, maka mental yang sakit juga harus mendapatkan penanganan dari para ahlinya. Misalnya, melalui konsultasi dan terapi,” terang Iman seperti dikutip dari laman covid19.go.id, Senin (10/10/2022).

Baca Juga: 10 Oktober Hari Kesehatan Mental Dunia 2022, Waspada Tingkat Bunuh Diri Remaja

Iman menyebut, efek pandemi terhadap peningkatan masalah kesehatan mental di Indonesia, terlihat dari jumlah konsultasi kepada psikolog. Pada masa pandemi, jumlah konsultasi psikologis meningkat sekitar 3 kali lipat dari sebelumnya.

Pemerintah sendiri sudah menyediakan layanan konseling untuk para pegawai negeri Sipil (PNS) di sejumlah Kementerian Lembaga. Salah satunya adalah di Kementerian Keuangan.

Menteri Keuangan sudah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE-44/MK.1/2020 tentang Pelaksanaan Konseling Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pada bagian ketentuan huruf f di Surat Edaran tersebut, kantor sampai dengan satker setingkat Eselon III harus menyelenggarakan layanan konseling.

Mengapa negara juga harus terlibat dalam pencegahan dan penanganan masalah mental penduduknya? Karena ternyata, gangguan kesehatan jiwa bisa berdamoak buruk pada perekonomian.

Baca Juga: Krisis Inggris Memilukan, Anak Sekolah Pura-Pura Makan dari Kotak Kosong Karena Tak Mampu Beli Bekal

" (Laporan) gangguan kesehatan jiwa berjudul The Lancet Commission yang dilaporkan oleh 28 spesialis kesehatan dari berbagai negara mengatakan, bahwa gangguan kesehatan jiwa mampu menguras perekonomian ekonomi global hingga 16 triliun dollar AS antara tahun 2010 hingga 2030," tulis pegawai Kemenkeu Josua Tommy Parningotan Manurung, dikutip dari laman opini.kemenkeu.go.id, Selasa (10/10/2022).

"Mereka sepakat bahwa krisis kesehatan mental dapat membahayakan individu, komunitas, dan ekonomi di seluruh kota di dunia," tambahnya.

Josua menjelaskan, di seluruh dunia, lebih dari 25 persen angka hidup manusia, dihabiskan dengan keadaan sakit. 10 persen dari total penyakit disebabkan oleh penyakit mental, saraf, dan penyalahgunaan obat-obatan. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk memulihkan diri dari penyakit tersebut.

Baca Juga: Jokowi: Perang Rusia-Ukraina akan Lama, 19.600 Orang Mati Kelaparan Setiap Hari

"Jika dunia ingin pertumbuhan ekonomi global bangkit kembali di masa pandemi, setiap negara harus mempersiapkan fisik dan mental sumber daya manusia yang dimilikinya," ujar Josua.

"Bila kesehatan fisik dan mental pekerja publik stabil dan pulih, maka pekerja publik dapat bekerja dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki sehingga pertumbuhan ekonomi pun perlahan membaik," ujarnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU