> >

Ribuan Mobil Dinas Akan Diganti Mobil Listrik, padahal Banyak Ruginya Dibanding Mobil BBM

Kebijakan | 7 Oktober 2022, 08:09 WIB
Mobil listrik buatan Hyundai. Pemerintah akan mengganti 189.803 unit mobil dinas dengan mobil listrik secara bertahap. (Sumber: Twitter @jokowi)

Pajak lebih murah

Keuntungan lain dari mobil listrik adalah besaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang lebih murah. Pajak ini ditentukan dari besaran Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) yang tarif pajaknya diatur pemerintah provinsi.

Untuk kalkulasi ini, digunakan tarif pajak dari Pemprov DKI Jakarta, yakni 2 persen dari besaran dasar pengenaan PKB.

Pajak untuk mobil listrik rata-rata mencapai Rp 1,6 juta per tahun. Artinya, hanya 23,8 persen dari mobil BBM yang dapat mencapai Rp 6,9 juta.

Apabila dirinci, mobil listrik kelas SUV rata-rata berpajak Rp 2,1 juta per tahun, atau lebih murah dibanding versi BBM-nya yakni, Rp 7,4 juta.

Bebas aturan ganjil genap

Dari sisi nonfiskal, ada kenyamanan yang bisa dinikmati pengguna mobil listrik. Di wilayah DKI Jakarta misalnya, pengguna mobil listrik akan terbebas dari aturan ganjil-genap di sejumlah jalan utama.

Namun, mobil listrik juga memiliki beberapa kerugian dibanding menggunakan mobil konvensional.

Baca Juga: Jalankan Instruksi Jokowi, Prabowo Dorong Percepatan Produksi Motor Listrik Militer

Selisih harga mobil

Mobil listrik lebih mahal 47 persen ketimbang mobil konvensional. Harga rata-rata untuk mobil BBM adalah Rp 419,9 juta, sedangkan mobil listrik mencapai Rp 617,6 juta. Selisihnya adalah sebesar Rp 197 juta.

Dari angka selisih tersebut, jika digunakan untuk membeli BBM Pertalite Pertamina dengan harga Rp 10.000 per liter, volume BBM yang dibeli adalah 19.761 liter.

Volume sebanyak itu dapat digunakan untuk berkendara sejauh 303.768 km atau 15 tahun 2 bulan. Ini dengan asumsi setiap tahun melakukan perjalanan 20.000 km dan efisiensi mesin rata-rata 15,37 km per 1 liter.

Jangkauan

Tantangan lain yang harus dihadapi calon pembeli kendaraan listrik adalah jangkauan mobil yang relatif lebih rendah ketika penyimpanan energinya dalam kondisi penuh (tangki BBM penuh dan baterai penuh).

Secara rata-rata, daya jangkau mobil BBM ketika tangki penuh adalah 722,9 km. Sedangkan mobil listrik hanya sekitar setengahnya (45 persen) 328,2 km.

Baca Juga: Jokowi: Saya Senang Pembangunan Baterai Listrik Terintegrasi di Batang Serap 20 Ribu Tenaga Kerja

Jika digunakan di dalam kota saja, mungkin jangkauan mobil listrik tidak akan jadi masalah. Namun, untuk perjalanan luar kota atau jarak jauh, yang digarisbawahi peran krusial stasiun pengisian kendaraan listrik umum.

Biaya operasional

Biaya operasional mobil listrik yang terdiri dari perawatan, energi, serta pajak, secara rata-rata membutuhkan Rp 23,3 juta selama periode penggunaan lima tahun atau 100.000 kilometer. Ini lebih rendah sekitar 76 persen ketimbang biaya operasional mobil BBM konvensional yang mencapai Rp 97,3 juta selama lima tahun.

Artinya, penggunaan mobil listrik dapat menghemat ongkos energi sebesar Rp 74 juta selama lima tahun.

Namun, keunggulan itu akan terhapus dengan biaya investasi awal mobil listrik rata-rata yang masih Rp 198 juta lebih mahal.

Biaya kepemilikan total atau total cost of ownership (TCO) mobil listrik selama 5 tahun adalah Rp 640,9 juta. Sementara TCO mobil BBM 517,3 juta. Artinya, TCO mobil listrik masih 24 persen lebih mahal ketimbang mobil BBM.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara, Kompas TV


TERBARU