Kenali Krisis Ekonomi dan Resesi, Perbedaan dan Kemungkinan Dampaknya
Ekonomi dan bisnis | 29 September 2022, 14:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Resesi kembali menjadi topik hangat saat ini setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebutkan bahwa pada 2023 diproyeksikan dunia bersama-sama akan terjun ke jurang resesi.
Inflasi yang tinggi akibat melesatnya harga pangan dan energi di sejumlah negara, khususnya Eropa dan Amerika Serikat (AS), disebut sebagai pemicu. “Kalau bank sentral di seluruh dunia meningkatkan suku bunga cukup ekstrem dan bersama-sama, dunia mengalami resesi di 2023," ujarnya, Senin (26/9/2022) dalam Konferensi Pers APBN KITA.
Adapun Indonesia pernah mengalami resesi pada 1998 yang berujung tumbangnya kekuasaan Presiden Soeharto atau Orde Baru. Resesi terbaru di Indonesia terjadi pada 2021 atau setelah PDB merosot dalam kuartal berturut-turut usai diterpa pandemi Covid-19.
Resesi nampaknya juga akan menyelimuti perekonomian dunia termasuk Indonesia saat ini. Namun, perlu diketahui resesi ini mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan dengan krisis ekonomi. Berikut penjelasaanya.
Pengertian resesi
Menurut Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menyebutkan, resesi berbeda dengan konsep krisis ekonomi, dikutip dari Kompas.com.
Resesi adalah penurunan pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut. Bahkan, sebuah lembaga penelitian di AS, National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai indikasi turunnya daya beli masyarakat secara umum dan naiknya angka pengangguran.
Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan perhitungan resesi merujuk pada pertumbuhan ekonomi secara tahunan, bukan kuartalan. Artinya, ekonomi suatu negara yang minus dalam dua kuartal berturut-turut belum bisa disebut resesi.
Baca Juga: Hampir Sama, Ini Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi
Pengertian krisis ekonomi
Sementara, krisis ekonomi adalah situasi dimana terjadi penurunan beberapa indikator ekonomi, di antaranya seperti krisis finansial berarti yang turun adalah sektor keuangan, nilai tukar rupiah, hingga kinerja perbankan.
"Satu kuartal negatif juga bisa dikategorikan sebagai krisis," jelas Bhima.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV