> >

Mendag Zulkifli Hasan Ungkap Alasan Harga Beras Naik: Perusahaan Besar Rebutan Beli Gabah

Ekonomi dan bisnis | 25 September 2022, 16:25 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia Zulkifli Hasan ungkap alasan kenaikan harga beras hari ini dalam pertemuan 100 Hari Kinerja Mendag, Minggu (25/9/2022). (Sumber: Tangkapan layar video KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia Zulkifli Hasan mengungkapkan alasan kenaikan harga beras yang terjadi akhir-akhir ini.

"Karena beras ini (harga) gabahnya itu naik, dari Rp4.400 sekarang jadi Rp5.500," ungkap Zulhas di pertemuan 100 Hari Kinerja Mendag, Minggu (25/9/2022).

Ia juga mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar berebut untuk membeli gabah dari Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), dan Banten.

"Perusahaan-perusahaan besar tidak beli padi, di Jatim bikin, Jateng bikin, di Banten bikin, jadi rebutan beli gabah," terangnya.

"Gabahnya (seharga) Rp5.500, sehingga harga beras otomatis naik," imbuhnya.

Menurut Zulhas, harga gabah tidak dapat diturunkan, sebab apabila harga gabah ditekan akan merugikan petani.

"Kalau harga gabah ditekan lagi, harus murah, nanti yang jadi korban petani terus," jelasnya.

Baca Juga: Terbang ke Jepang, Ma'ruf Amin Bakal Hadiri Pemakaman Shinzo Abe

Akan tetapi, Sekretaris Jenderal Kemendag Suhanto juga menjamin bahwa pemerintah memiliki cadangan stabilisasi harga dan pasokan, sehingga apabila harga beras melambung, maka pemerintah akan memberikan subsidi.

"Pemerintah punya cadangan stabilisasi harga dan pasokan, di mana apabila harga beras lebih tinggi, Bulog akan turun tangan, sisanya dibayar pemerintah," kata Suhanto dalam kesempatan yang sama.

 

Zulhas pun juga mengatakan bahwa pemerintah mempunyai subsidi untuk kedelai, jagung, dan beras.

"Kedelai sekitar seribu rupiah (per kilogram -red), jagung mencapai Rp1.500, dan beras ada subsidinya," kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Imbas Kenaikan BBM

Ia pun membandingkan sistem pengelolaan hasil pertanian di Indonesia dengan negara lain. 

"Kita itu repotnya kerjaan hari ini, dijual hari ini, buat makan hari ini, nggak ada stoknya. Di luar negeri, ada stok untuk dua sampai tiga bulan," ujarnya.

Ia juga menilai, mestinya pemerintah membeli hasil pertanian dengan harga mahal dan menjual barang tersebut dengan harga murah kepada masyarakat.

"Hampir seluruh dunia begitu, Thailand, Vietnam, seluruh hasilnya kalau dibawah harga basar, dibeli pemereintah," ungkapnya.

"Kalau kita kan, harga naik dikit, langsung kita tekan, akhirnya mati lah itu, petani yang jadi korban," kata Zulhas.

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU