> >

Utang Luar Negeri Swasta dan BUMN Capai Rp3.073 T, Pengamat: Yang Penting Produktif dan Manageable

Ekonomi dan bisnis | 16 September 2022, 05:28 WIB
Ilustrasi utang luar negeri Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2022 sebesar 400,4 miliar dolar AS, turun dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 403,6 miliar dolar AS. (Sumber: Antara)

Baca Juga: Ketua MPR Singgung Kenaikan Utang Jadi Beban, Sri Mulyani Sebut Kerja Keras 2 Tahun

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta dunia usaha mewaspadai lonjakan bunga utang pada tahun 2022 ini, akibat kondisi global yang penuh ketidakpastian.

Hal ini disebabkan oleh perubahan kebijakan moneter banyak negara di dunia dan pengetatan likuiditas. Diawali oleh Amerika Serikat (AS) yang memilih menaikan suku bunga acuan untuk merespons lonjakan inflasi dan memberikan dampak terhadap pasar keuangan global.

"Sejumlah negara berkembang seperti Meksiko, Brasil dan Afrika Selatan naikan suku bunga acuan secara signifikan untuk menangani inflasi di dalam negeri maupun antisipasi spill over dari pengetatan kebijakan moneter dan likuiditas global," tutur Sri Mulyani saat menghadiri Rapat Paripurna DPR, Jumat (20/5/2022).

"Ini harus kita waspadai khususnya implikasi naiknya cost of fund untuk pembiayaan baik APBN maupun untuk sektor korporasi swasta dan BUMN. Hal ini potensi ancam pemulihan ekonomi Indonesia yang masih di tahap awal dan cukup rapuh," sambungnya.

Doddy menilai, peringatan Menkeu itu sebenarnya agar swasta benar-benar menghitung dampak kenaikan bunga acuan dan faktor lainnya, terhadap beban utang mereka. Bukan hanya sekedar tahu dan mencermati keadaaan saja.

Baca Juga: Biar Uang Enggak Dimakan Rayap, Simak Produk Tabungan di Bank Bebas Biaya Admin

"Ibu Sri Mulyani itu minta swasta aware dan benar-benar diukur. Anda (swasta) harus sadar dengan  kondisi sekarang, lakukan assestment dengan benar, dan lakukan tindakan," ujar Doddy.

"Swasta juga pasti sudah langsung mengontak bankernya, Mereka itu lebih sophisticated kalau ngutang. Kreditur luar negeri juga kan kalau minjemin uang pasti lebih kritis, dicermati betul latar belakang krediturnya," lanjut Doddy.

Ia menerangkan, meskipun saat ini suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed sudah naik dan ada kemungkinan untuk naik lagi, dampaknya terhadap ULN swasta tidak terlalu besar.

Soalnya, ULN swasta didominasi oleh utang jangka panjang, bukan utang jangka pendek.

"Dampaknya enggak sekenceng untuk utang jangka panjang. Karena kalau utang jangka pendek kan ngikutin pergerakan dollar yang menguat setelah The Fed naikin suku bunga," terangnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU