Respons Masyarakat Soal Kabar Harga Mi Instan Bakal Naik Tiga Kali Lipat, Sebut Singkong dan Beras
Ekonomi dan bisnis | 10 Agustus 2022, 07:11 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut, harga mi instan akan naik tiga kali lipat. Kenaikan harga mi instan akan terasa lebih signifikan dari yang terjadi saat ini. Hal ini pun memicu sejumlah respon dari berbagai kalangan masyarakat.
"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) tiga kali lipat," kata Syahrul dalam webinar yang diadakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Senin (8/8/2022).
Gandum adalah bahan baku untuk membuat mi instan. Ekspor gandum Rusia-Ukraina yang biasanya memasok hingga 40 persen kebutuhan dunia, kini tersendat akibat perang.
Sesuai dengan hukum ekonomi, ketika pasokan berkurang namun permintaan tetap atau bahkan meningkat, maka harga gandum akan naik. "Saya bicara ekstrem aja, ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus," ucapnya.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang warganya banyak mengonsumsi mie instan. Indonesia juga memiliki perusahaan yang berstatus salah satu produsen mi intan terbesar di dunia, yaitu Indofood.
Hal ini kemudian memicu respon dari berbagai kalangan masyarakat. Berikut beberapa respon netizen atau warganet soal harga mi instan yang bakal naik tiga kali lipat dalam kolom komentar di akun Facebook KOMPAS TV:
“Tenang pada kreatif, bahan baku mi bisa diganti dengan singkong, beras, ubi, talas, dan lain-lain. Pasti bermunculan home industri pembuatan mi instan lokal” tulis akun bernama Ezrawahyudi.
“Gak ada mi instan masih ada mi petel kenyal kenyal buatan home industri” tulis akun bernama Alex.
“Asal jangan beas (beras) yang naiknya tiga kali lipat,” tulis akun Rez.
Baca Juga: Harga Mie Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Berikut Daftar Harga Terbaru di Warung
Respon pelaku usaha
Selain itu, para pelaku usaha juga turut membuka suara. Satu di antaranya Nita, seorang pemilik warung di perumahan Gardenia Cileungsi, Kab. Bogor, Jawa Barat. Ia mengatakan, harga mi instan sudah naik sejak habis Lebaran Mei lalu.
"Udah lama dari habis lebaran baiknya. Dari satu kardus lebih dari Rp10.000 naiknya," kata Nita saat diwawancara Kompas TV, Selasa (9/8/2022). Dulu, lanjutnya, Indomie kuah sekitar Rp98.000 per kardus tapi sekarang jadi Rp107.000 sampai Rp110.000 per kardus.
Untuk menyiasatinya, sekarang Nita sudah tidak lagi membeli dalam jumlah kardusan sebagai stok dagangan. Ia hanya membeli dalam jumlah satuan.
Nita juga menaikkan harga mi instan di warungnya. Untuk merek Indomie semua varian, ia menjual dengan harga sama yaitu Rp3.500 per bungkus.
"Untung paling Rp500 per bungkus. Belinya mahal kalau kardusan, terus suka disemutin kalau kelamaan disimpan enggak laku. Sekarang beli seperlunya saja terus disimpan di kulkas," ungkapnya.
Aniek Sumiarsih, pemilik warung di Jalan Bukti, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, juga menaikkan harga jual mie instan. Dari yang tadinya Rp2.000-Rp2.500 per bungkus, sekarang menjadi Rp3.000-Rp3.500 per bungkus.
"Indomie Goreng dan Kari Ayam dijual Rp3.500, lainnya dijual Rp3.000," ujarnya.
Meski harganya naik, ia mengaku belum ada penurunan penjualan mie instan di warungnya. Menurut Aniek, karena kenaikannya tipis hanya Rp1.000 per bungkus. "Enggak tahu nanti kalau beneran naik 3 kali lipat," ucapnya.
Baca Juga: Antisipasi Kelangkaan Gandum akibat Perang Ukraina, Bahan Pangan Lokal Ini Bisa Dijadikan Substitusi
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV