> >

Dari Rugi Rp768 M, Bukalapak Kini Cuan Rp8,59 T, Kok Bisa?

Ekonomi dan bisnis | 2 Agustus 2022, 05:57 WIB
Kantor Bukalapak. (Sumber: Dok. Bukalapak )

JAKARTA, KOMPAS.TV- PT Bukalapak.com Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 8,59 triliun pada semester I-2022. Naik 1.220 persen dari periode yang sama tahun lalu, dimana Bukalapak saat itu mengalami rugi bersih sebesar Rp 768 miliar.

Manajemen Bukalapak menyatakan, capaian tersebut terutama diperoleh lewat nilai investasi market-to-market dari PT Allo Bank Tbk.

Allo Bank merupakan bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung. Bukalapak tercatat memiliki sebanyak 11,49 persen saham Allo Bank atau sebanyak 2,49 miliar saham. Saat ini, harga saham BBHI tercatat berada pada posisi Rp3.670 per saham.

Manajemen menjelaskan, Bukalapak membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 1,69 triliun, meningkat 95,94 persen dari tahun sebelumnya Rp 863,62 miliar.

Baca Juga: Bukalapak Bantah Masih Kerja Sama dengan ACT: Sudah Berakhir Sejak 2019

Kemudian, dari laba nilai investasi di Allo Bank yang belum dan sudah direalisasikan mencapai Rp 9,79 triliun. Sehingga, setelah dikurangi beban  dan pendapatan operasi lainnya, Bukalapak memperoleh laba senilai Rp 8,59 triliun.

Atas raihan itu, perusahaan berkomitmen untuk fokus pada strategi agar dapat mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, diiringi dengan pengelolaan beban yang baik.

Pada periode semester I-2022, rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap Total Processing Value (TPV) membaik menjadi 1,0 persen dibandingkan dengan 1,2 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

TPV adalah total transaksi yang benar-benar terjadi antara pelapak dan pembeli di aplikasi Bukalapak.

"Bukalapak terus menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana TPV selama kuartal kedua tahun 2022 (2Q22) tumbuh sebesar 24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp 36,5 triliun pada 2Q22," kata manajemen Bukalapak dalam keterangan tertulisnya, Senin (01/08/2022).

Baca Juga: Saham Bukalapak Pernah Sentuh Rp 1.060, Mengapa Sekarang Hanya Rp 268?

Pertumbuhan TPV perusahaan ini didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 24 persen sepanjang 3 bulan kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Lalu, sebanyak 75 persen TPV Perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat.

Menurut manajemen, salah satu alasan dari perkembangannya yang signifikan ini ialah keberadaan mitra Bukalapak, sebagai penggerak utama pertumbuhan.

TPV Mitra perusahaan ini pada kuartal II-2022 bertambah sebesar 25 persen menjadi Rp 17,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lalu lada semester I-2022 tumbuh sebesar 46 persen menjadi Rp 35,0 triliun dari periode yang sama pada tahun lalu.

Baca Juga: Naik Rp121 T dalam Sebulan, Utang Pemerintah Tembus Rp7.123 T Per Juni 2022

"Pertumbuhan mitra ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra. Pada akhir bulan Juni 2022, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 14,2 juta, meningkat dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021," ujar manajemen Bukalapak.

Sementara itu, pendapatan Bukalapak pada kuartal II-2022 tumbuh sebesar 105 persen menjadi Rp 903 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan mitra pada kuartal II-2022 juga meningkat sebesar 242 persen menjadi Rp 498 miliar, sedangkan pendapatan Mitra pada semester I-2022 tumbuh sebesar 235 persen dari semester I-2021 menjadi Rp 970 miliar.

"Kontribusi Mitra Bukalapak terhadap pendapatan Perseroan menunjukkan peningkatan dari 33 persen pada kuartal II-2021 menjadi 55 persen," ungkap Bukalapak.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU