> >

Terakhir ke Jakarta Saat Krisis 1998, Bos IMF Sebut Ada Peningkatan Luar Biasa

Ekonomi dan bisnis | 18 Juli 2022, 05:29 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) bersama Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva (tengah) dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno (kanan) melakukan konferensi pers di mal Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengaku terpukau dengan transformasi pembangunan yang terjadi di Jakarta. Hal itu ia sampaikan saat mengunjungi mal Sarinah bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno di Jakarta, Minggu (17/7/2022).

Georgieva sendiri baru kembali mengunjungi Jakarta setelah setelah dua dekade.

"Jakarta sangat berubah. Kota ini memiliki peningkatan luar biasa. Kini tampak infrastruktur kota Metropolitan, yang dulu belum ada," kata Georgieva seperti dikutip dari Antara, Senin (18/7/2022).

Georgieva memuji kemegahan mal Sarinah yang memamerkan beragam produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ia menyatakan, masyarakat Indonesia harus bangga dengan nilai luar biasa yang dibawa oleh budaya Indonesia itu ke hadapan dunia.

Baca Juga: IMF Puji Indonesia Tahan Banting, Sarankan Dua Hal Hadapi Pasca Pandemi dan Konflik Geopolitik

Kunjungannya ke Indonesia dalam rangka menghadiri pertemuan dengan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan itu mengenai tantangan ekonomi dunia.

Ia menyebut, saat ekonomi dunia dalam kondisi yang suram, Indonesia justru cemerlang. Yakni dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan inflasi hanya 4 persen, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Apalagi Indonesia terus mengembangkan dan memperkuat kemampuan pelaku UMKM yang menjadi penggerak ekonomi di dalam negeri.

"Kami mengharapkan (Indonesia) tumbuh positif tahun depan. Risiko terbesar bagi Indonesia bukan dari dalam negeri, melainkan dari luar negeri," ujarnya.

Dalam perekonomian dunia yang melambat, IMF memandang negara-negara seperti Sri Lanka saat ini tidak mampu membayar utang mereka yang dapat menyebabkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang.

Baca Juga: Janet Yellen Sebut IMF dan Bank Dunia Tak Bisa Hadapi Krisis Berlapis, Saatnya Direformasi

Georgieva mengungkapkan bahwa kondisi itu sudah terjadi, bahkan pada paruh pertama tahun ini sebanyak 52 miliar dolar AS telah meninggalkan pasar negara berkembang.

"Untungnya, bagi Indonesia, karena kekuatan ekonomi dan manajemen yang baik, negara ini tidak terpengaruh," ucapnya.

Selain menghadiri pertemuan G20, Georgieva juga bertemu dengan Presiden Joko Widodo berbincang tentang strategi memperkuat ekonomi Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan kunjungan petinggi IMF memberikan citra positif bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia.

"Ada tiga hal yang disampaikan, pertama, dia meyakinkan Indonesia tidak berada dalam jurang krisis seperti yang digembar-gemborkan," ujar Erick Thohir.

Baca Juga: Jokowi Soal Barang di Sarinah Mahal: Nggak Apa Emang Kualitasnya Bagus!

Kendati begitu, lanjut Erick, hal tersebut tidak menurunkan kewaspadaan Indonesia meski secara internal ekonomi Indonesia dalam posisi kuat.

"Secara eksternal, yang namanya geopolitik, global ekonomi bisa saja berdampak," sebutnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uni menyampaikan bahwa agenda IMF datang ke Indonesia sekarang berbeda dengan 25 tahun lalu. Yaitu saat Indonesia menghadapi situasi yang betul-betul memprihatinkan saat krisis 1998 dan IMF hadir dengan beberapa program kebijakan.

"Kalau kita bandingkan dengan sekarang, mereka datang bukan dengan program kebijakan justru ingin belajar tentang apa yang telah kita lakukan," ujar Sandiaga.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU