> >

BI akan Terbitkan Uang Rupiah Digital, Bagaimana Nasib Uang Tunai?

Perbankan | 13 Juli 2022, 06:03 WIB
Bank Indonesia (Sumber: Antara)

BADUNG, KOMPAS.TV - Bank Indonesia (BI) akan meluncurkan mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC). Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Ryan Rizaldy menegaskan, penerbitan rupiah digital tidak akan menghilangkan peredaran uang tunai.

Hal itu ia sampaikan pada sesi diskusi, yang merupakan acara sampingan (side event) pertemuan ke-3 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (FMCBG) dan Deputi Bidang Keuangan dan Bank Sentral G20 (FCBD) di Bali.

"Intinya tidak untuk menghilangkan tetapi menambah alat pembayaran, seperti dompet atau uang elektronik yang ada saat ini," kata Ryan seperti dikutip dari Antara, Rabu (13/7/2022).

Ryan menjelaskan, dengan adanya CBDC di Indonesia, masyarakat diharapkan memiliki pilihan alat pembayaran untuk transaksi, sehingga rupiah digital bisa memperkaya kemungkinan tersebut.

Baca Juga: Cara Pindah Faskes BPJS Kesehatan secara Online Lewat JKN Mobile

Desain awal rupiah digital akan diluncurkan pada akhir tahun 2022 melalui white paper. Namun desain tersebut bukan merupakan desain final, sehingga masih akan dibutuhkan masukan dari pelaku industri dalam consultated paper pada awal tahun 2023.

"Setelah itu barulah uji coba yang akan membutuhkan waktu lama. Negara lain paling cepat menerapkan uji coba selama enam bulan, adapula yang berkali-kali melakukan uji coba," ujar Ryan.

Ia menyampaikan, rupiah digital nantinya tak akan jauh berbeda dengan uang elektronik. Perbedaan utamanya hanya akan terletak pada lembaga penerbit dimana CBDC akan diterbitkan oleh BI.

Sedangkan uang elektronik diterbitkan oleh bank umum dan dompet digital diterbitkan oleh lembaga non-bank.

Menurut Ryan, rupiah digital punya kelebihan dibanding lainnya, yaitu risikonya lebih kecil dibanding uang elektronik. Karena risiko kredit bank sentral lebih rendah dibandingkan lembaga lainnya.

Baca Juga: Pengaduan Konsumen Mayoritas Soal E-Commerce, YLKI Minta Penjual Asing Punya Badan Hukum di RI

"Uang itu dasarnya kepercayaan sehingga masyarakat punya akses kepada kepercayaan yang diharapkan. Ini yang sebenarnya jadi bagian dari upaya kami untuk memberikan layanan publik pada masyarakat dan bagaimanapun penciptaan uang itu adalah fungsi bank sentral, sehingga kami menyesuaikan dengan zaman," tutur Ryan.

Pada kesempatan yang sama, Dana Moneter Internasional (IMF) tidak menyarankan bank-bank komersial bergantung pada rupiah digital (CBDC) meskipun ada manfaat yang ditawarkan terutama untuk pengembangan layanan pembayaran.

Division Chief in the Monetary and Capital Markets Department IMF Tommaso Mancini Griffoli menjelaskan, CBDC punya keterbatasan apabila dibandingkan dengan mata uang konvensional. Salah satunya adalah faktor stabilitas.

“Kita harus membandingkan deposito di bank komersial dan CBDC terutama dari segi stabilitasnya sebagai alat penyimpanan, dan dari segi kemudahannya sebagai alat pembayaran. Sejauh ini, belum jelas apakah CBDC lebih unggul (daripada deposito bank komersial),” ucap Griffoli saat menjawab pertanyaan salah satu peserta diskusi.

Baca Juga: Ini Syarat dan Cara Ajukan KPR Subsidi BTN, Biar Enggak Susah Beli Rumah

Ia menambahkan apabila CBDC, misalnya, tidak menawarkan suku bunga (interest rate) sementara deposito bank komersial memberikan jaminan yang lebih baik, maka alat yang kedua lebih aman. Jika situasinya demikian, maka bank-bank masih akan mempertahankan deposito.

Ia pun menegaskan CBDC hanya perlu dilihat sebagai pelengkap, bukan alat yang utama.

“Jika melihat dari berbagai modelnya, CBDC bukan sekadar instrumen alat tukar digital, tetapi dia punya potensi menjadi sebuah jaringan, platform, dan CBDC dapat menjadi dasar bagi sektor swasta untuk mengembangkan layanan pembayaran,” tuturnya.

“Buat saya, kita kemungkinan tidak akan hanya mengandalkan CBDC. Saya tidak berpikir ke sama, dan saya tidak menyarankan demikian, karena ada banyak solusi yang tersedia untuk berbagai persoalan yang ada,” tambahnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU