Startup Beres.id Tutup, Tidak Kuat Terdampak Pandemi 2 Tahun
Ekonomi dan bisnis | 9 Juni 2022, 12:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Satu lagi perusahaan rintisan berbasis teknologi digital atau startup di Indonesia, tutup. Adalah beres.id, platform yang menyediakan jasa pembersihan rumah, perbaikan alat elektronik, perbaikan pipa air, hingga jasa pindah rumah.
Penutupan itu disampaikan manajemen beres.id di laman resminya.
"PENUTUPAN OPERASIONAL BERES: Dengan berat hati kami umumkan Beres akan menghentikan operasional mulai 30 Juni 2022," demikian bunyi pengumuman manajemen, dikutip Kamis (9/6/2022).
Pengguna beres.id pun diarahkan pada laman frequently asked questions (FAQ) terkait penutupan layanan. Penutupan startup beres.id seiring dengan tutupnya induk usaha mereka di Malaysia, Kaodim. Startup asal negeri jiran itu juga sudah mengumumkan penutupan layanan mulai 1 Juli 2022.
Co Founder dan CEO Kaodim Choong Fui Yu menyatakan, bisnis perusahaan telah sangat terdampak pandemi Covid-19 selama 2 tahun terakhir.
Baca Juga: Startup PHK Ratusan Karyawan, Hary Tanoe: Hari-Hari Emas Startup Sudah Berakhir
"Yang membawa kita ke hari ini. Meskipun pemulihan kami baru-baru ini kuat, 2+ tahun terakhir sangat menantang. Penguncian COVID yang berkepanjangan dan efek "knock on" mereka dalam bentuk gangguan operasional, kekurangan tenaga kerja, dan biaya operasional yang lebih tinggi (terutama di sisi penyedia layanan) telah berdampak signifikan pada bisnis kami dan kualitas layanan yang dapat kami berikan," terang Choong Fui Yu dalam surat terbuka manajemen beres.id.
Penguncian wilayah dan pembatasan aktivitas masyarakat menang sangat berdampak pada bisnis beres.id, yang inti bisnisnya adalah memberikan layanan pembersihan dan perbaikan alat-alat rumah tangga dengan datang langsung ke rumah konsumen.
"Pada akhirnya, kami merasa bahwa kami tidak dapat lagi mengembangkan bisnis secara berarti untuk jangka panjang, sejalan dengan misi dan ambisi kami," tambahnya.
Pandemi Covid menjadi koin dengan 2 sisi mata uang bagi startup. Ada startup yang kian berjaya dengan semua pembatasan di era pandemi, namun ada juga startup yang tumbang akibat pandemi.
Baca Juga: Pahamify Tambah Deretan Startup yang Lakukan PHK, Berikut Daftarnya
Selain itu, perubahan fokus usaha dan investor juga menjadi alasan di balik PHK massal dan tutup nya startup. Sebut saja Zenius, Tanihub, Link Aja, yang sudah secara resmi mengumumkan PHK.
Tidak hanya di Indonesia. Fenomena redupnya bisnis startup juga terjadi di dunia. Startup Clubhouse misalnya, yang tenar saat pandemi juga sudah mengumumkan PHK.
Aplikasi obrolan suara ini didirikan oleh Paul Davision dan Rohan Seth. Serta dikembangkan oleh perusahaan software Alpha Exploration Co dan dirilis pada Maret 2020 lalu.
Lewat aplikasi Clubhouse, pengguna bisa melakukan streaming audio, melakukan panggilan suara, hingga membuat acara dengan topik khusus yang dikemas mirip seperti podcast.
Di sisi lain, Ketum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (ATSINDO) Handito Joewono menilai, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sejumlah startup adalah hal yang wajar. Lantaran PHK dilakukan dalam rangka konsolidasi dan restrukturisasi perusahaan.
Baca Juga: Waspada Penipuan Berkedok Program BCA Prioritas, Korban Bisa Rugi Ratusan Juta Rupiah
Handito mengatakan, PHK dilakukan lebih untuk memperkuat fondasi perusahaan di masa mendatang sehingga tidak perlu dikuatirkan.
"Konsolidasi dan restrukturisasi perusahaan merupakan proses bisnis terus menerus yang harus dilakukan semua perusahaan, termasuk startup company yang ingin terus tumbuh menjadi lebih besar. Jadi wajar dan normal bila dari proses tersebut ada PHK, apalagi bila prospek bisnisnya kurang cerah," tutur Handito saat dihubungi KOMPAS TV, Selasa (31/5/2022).
Jika ada yang menyebut hari-hari keemasan startup sudah berlalu, Handito menyatakan justru PHK dilakukan dalam rangka menyiapkan diri menyambut era kebangkitan startup.
Perubahan ekosistem bisnis juga dihadapi startup yang berstatus unicorn dan decacorn, yang kini melantai di bursa saham.
"Karena hal itu dilakukan dalam rangka konsolidasi dan restrukturisasi maka tidak perlu dipermasalahkan," kata Handito.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber :