> >

Ini Yang akan Terjadi Kalau Tarif PPN, Harga Pertamax, Pertalite, Elpiji 3kg Kompak Naik

Ekonomi dan bisnis | 20 April 2022, 06:11 WIB
Petugas beraktivitas dengan latar depan nosel dan selang Pertalite RON 90 dan Pertamax RON 92 di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Selasa (21/7/2021). (Sumber: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ss/aww)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menyatakan, Indonesia akan menghadapi 4 skenario proyeksi inflasi tahun ini. Yaitu skenario inflasi terendah di atas 2,5 persen dan tertinggi mencapai di atas 5,5 persen.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menyatakan, skenario pertama yakni tingkat inflasi Indonesia tahun ini diprediksi di atas 2,5 persen. Hal itu bisa terjadi meski pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pertamax.

Menurutnya, inflasi tahun ini akan lebih tinggi dari tahun lalu karena aktivitas masyarakat semakin pulih sehingga permintaan semakin melonjak. Inflasi Indonesia pada tahun 2021 adalah sebesar 1,8 persen.

Baca Juga: Dapat Lampu Hijau Dari Kemenhub, Siap-Siap Harga Tiket Pesawat Naik

“Jadi artinya tanpa ada tambahan kebijakan tadi (PPN dan Pertamax naik) sebetulnya sudah lebih tinggi jauh lebih tinggi dibanding tahun kemarin yang 1,8 persen,” kata Faisal seperti dikutip dari Antara, Rabu (20/2/2022).

Selanjutnya, skenario kedua yaitu tingkat inflasi tahun ini diprediksi di atas 3,5 persen. Proyeksi itu akan jadi kenyataan, karena pemerintah sudah menaikkan PPN menjadi 11 persen dan kenaikan harga Pertamax pada April.

Kemudian, skenario ketiga yaitu tingkat inflasi tahun ini diperkirakan di atas 5 persen. Skenario ini berlaku dengan syarat seperti skenario kedua, ditambah potensi kenaikan harga Pertalite yang diasumsikan menjadi Rp9.000.

Baca Juga: Ekonom Nilai THR Tak Bisa Dongkrak Daya Beli Karena Harga-Harga Naik

Lalu skenario terakhir yakni tingkat inflasi diperkirakan mencapai di atas 5,5 persen apabila skenario kedua ditambah skenario ketiga serta adanya kenaikan harga gas LPG tiga kilogram menjadi Rp20.000.

“Ini potensinya kenaikannya bisa di atas 5 persen, bahkan 5,5 persen kalau semua (PPN 11 persen serta harga Pertamax, Pertalite dan LPG tiga kilogram naik) dilakukan," ujar Faisal.

Ia menambahkan, lonjakan inflasi akan menghantam daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, sehingga berdampak terhadap pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Pegawai Outsourcing Sampai PNS Ngeluh Soal THR, Ada Apa?

“Ini akan terasa dampaknya kepada masyarakat. Inflasi ini akan dirasakan berbeda oleh masyarakat kelas atas dan bawah, itu akan jauh berbeda,” tuturnya.

Sementara itu, pemerintah dalam APBN 2022 memproyeksikan inflasi tahun ini sebesar 3,0±1 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mencatat inflasi sepanjang Januari sampai Maret 2022 sebesar 1,2 persen.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU