> >

Emak-emak Pusing Harga Sayuran hingga Daging Sapi Naik

Ekonomi dan bisnis | 24 Februari 2022, 09:55 WIB
Petani menggelar aksi jual wortel hasil panen dengan bayar seikhlasnya di Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (23/2/2022). Aksi petani wortel lereng Gunung Merapi dan Merbabu itu sebagai bentuk kekecewaan mereka karena harga wortel di pasaran turun Rp1.000 per kilogram. (Sumber: Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Hari ini, Kamis (24/2/2022), emak-emak girang. Mereka tidak perlu pusing lagi mencari menu sederhana tahu tempe untuk makan sekeluarga, yang sempat hilang dari pasaran. Produsen dan pedagang tahu tempe sudah kembali berproduksi  serta berjualan, setelah mogok selama 3 hari sejak 21 Februari hingga 23 Februari. 

"Banyak," kata Ade kepada Kompas TV

Ade adalah seorang ibu rumah tangga yang baru saja belanja di Pasar Embrio, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur. Tapi sebentar kemudian, ia mengeluhkan naiknya harga sayuran.

"Yang mahal wortel. Biasanya Rp8.000 sekarang jadi Rp12.000," ujarnya. 

Tidak seperti tahu tempe, wortel bukanlah makanan sehari-hari yang biasa disantap masyarakat Indonesia. Namun buat Ade, naiknya harga wortel sangat berpengaruh karena ia juga berdagang gorengan di rumahnya. Sehingga harus membeli wortel dalam jumlah banyak setiap hari. 

Baca Juga: Pengusaha Minta Zero ODOL Diundur 2025 dan Insentif Peremajaan Truk

Fakta naiknya harga wortel ini sebenarnya sangat menggelitik. Karena baru kemarin, Rabu (23/2/2022) petani wortel di Boyolali, Jawa Tengah, menjual hasil panen mereka dengan harga seikhlasnya. 

Mengutip dari Antara, aksi itu mereka sebut sebagai protes anjloknya harga wortel di tingkat petani. Dari yang tadinya Rp5.000 per kilo, kini jadi Rp1.000 per kilo. 

Bayangkan, harga itu lalu naik belasan kali lipat hingga akhirnya konsumen seperti Ade, membeli wortel dengan harga Rp12.000 per kilogram. 

Sementara itu, Neneng yang merupakan seorang pedagang nasi uduk di daerah Cileungsi, Jawa Barat, kaget dengan kenaikan harga sawi hijau. Sayuran yang satu itu biasa ia gunakan sebagai campuran bihun goreng, lalu kemudian dijual bersama nasi uduk. 

Baca Juga: Tarif Tol Dalam Kota Jakarta Naik Mulai 26 Februari, Ini Besarannya

Saat ditanya harga apa lagi yang naik di Pasar Cileungsi, Neneng lantas mengabsen harga cabai rawit dan bawang merah. 

"Sawi hijau dari Rp6.000 jadi Rp16.000 per kilo, cabai rawit dari Rp30.000 sekarang jadi Rp70.000, bawang merah Rp20.000 sekarang jadi Rp35.000," sebut Neneng. 

Ada lagi cerita Wiwi, ibu rumah tangga yang tinggal di Cikarang, Jawa Barat. Pagi-pagi ia sudah laporan ke grup WhatsApp keluarga besarnya, tentang harga tomat. 

"Tomat Rp2.000 dapat 1, biasanya Rp2.000 dapat 3," ucap Wiwi. 

Hampir saban hari Wiwi membuat sambal untuk teman makan suami dan anak-anaknya. Karena menurutnya, kalau sudah ada sambal apapun lauknya pasti jadi enak. 

Baca Juga: 6 Kebijakan Mendag Tak Mempan Atasi Langkanya Minyak Goreng, Ini Sebabnya

"Kalau akhir bulan gini biasanya saya goreng terasi terus makan pakai sambal sama nasi hangat," tambahnya. 

Kenaikan harga sayuran dan bahan pangan lainnya, nampaknya belum akan reda. Apalagi sebentar lagi masuk bulan puasa, yang menjadi momen rutin setiap tahun harga-harga akan naik karena tingginya permintaan. 

Selain minyak goreng dan sayuran yang disebutkan di atas, harga daging sapi juga sedang naik. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga daging sapi kualitas 1 di pasar tradisional Indonesia sebesar Rp129.050.

Kemudian harga daging sapi kualitas 2 sebesar Rp119.800. Sedangkan harga tertinggi daging sapi tertinggi berada di Aceh sebesar Rp140.600 per kg, Sumatera Barat Rp136.900, dan DKI Jakarta Rp135.850. 

Biasanya semakin mendekati Hari Raya Idul Fitri, harga daging sapi bisa menyentuh Rp180.000 per kg. 

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU