Ini Kelebihan Kedelai Lokal Dibanding Kedelai Impor
Ekonomi dan bisnis | 22 Februari 2022, 12:54 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Harga kedelai impor naik mengakibatkan produksi tempe tahu di dalam negeri terganggu. Hal ini karena Indonesia masih bergantung pada kedelai impor meski ada juga kedelai lokal.
Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara kedelai lokal dengan kedelai impor? Terkait hal ini, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian (Kementan) Yuris Tiyanto menjelaskan, kedelai lokal mempunyai dua kelebihan dibandingkan dengan yang impor yaitu, kandungan gizi yang lebih tinggi dan organik.
"Memang betul kalau kedelai kita itu kandungan gizinya tinggi. Kedua, kita non-GMO, itu non-transgenik. Kedelai luar itu kan GMO, ini yang tidak banyak diterangkan," kata Yuris, Selasa (22/2/2022), seperti dikutip dari Antara.
Genetically Modified Organis (GMO) atau transgenik adalah rekayasa genetik yang dilakukan pada suatu tanaman untuk menghasilkan produk yang diinginkan.
Dalam hal ini, produk kedelai lokal seluruhnya organik. "Kalau kedelai kita tidak ada rekayasa genetik, organik. Menurut saya itu lebih sehat sebetulnya," ujarnya.
Baca Juga: Produsen Tempe Tahu Mogok Produksi Mulai Hari Ini, Apa Tuntutannya?
Oleh karena itu, kandungan gizi yakni, protein yang lebih tinggi dan metode penanaman yang organik membuat kedelai lokal memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kedelai impor.
Itulah, menurut Yuris, yang menjadi alasan mengapa rasa tempe dan tahu di sentra produksi kedelai seperti Jawa Tengah memiliki rasa yang lebih gurih dibandingkan tahu dan tempe yang diproduksi dari kedelai impor.
Namun, tentu saja selain kelebihan, kedelai lokal juga memiliki kelemahan yaitu, hasil panen yang tidak terstandar. Banyak petani kedelai yang memanen kedelai yang masih hijau sehingga produk akhirnya bercampur antara kedelai yang hijau dan kuning.
Selain itu, Yuris mengungkapkan bahwa tren produksi kedelai di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Menurunnya produksi tersebut lantaran banyak petani kedelai yang beralih ke komoditas lain yang dinilai lebih menguntungkan ketimbang menanam kedelai.
"Tahun 1992 itu kita pernah swasembada kedelai, tapi sekarang menurun drastis. Karena terus terang petani kita dengan kondisi harga jual yang rendah ini beralih ke komoditas lain, sekarang ini komoditas kedelai baru bagus," ungkapnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi kedelai Indonesia pada tahun 2021 hanya 200 ribu ton. Sementara, permintaan kedelai untuk memproduksi tahu tempe sekitar 1 juta ton per tahun.
Saat ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi 1 juta ton kedelai di atas lahan seluas 650 ribu hektare untuk tahun 2022.
Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan lahan seluas 52 ribu hektare kepada petani untuk ditanami kedelai, sementara 598 ribu hektare sisanya akan dibiayai melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Baca Juga: Harga Kedelai Naik karena Ketergantungan Impor, YLKI: Pemerintah Kurang Perhatian ke Produksi Lokal
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Antara