> >

Sri Mulyani Ungkap Kronologi Texmaco Nunggak Utang BLBI

Ekonomi dan bisnis | 24 Desember 2021, 07:40 WIB
Logo Texmaco. Grup Texmaco memiliki utang BLBI lebih dari Rp30 triliun. Pemerintah pun sudah menyita aset jaminan berupa 4,7 juta hektar tanah di 5 wilayah, yang selanjutnya akan dijual lewat lelang untuk melunasi utang (24/12/2021). (Sumber: www.texmaco.in)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah akhirnya berhasil menyita aset jaminan Grup Texmaco setelah 23 tahun sejak Krisis Moneter 1998.

Perusahaan tersebut adalah salah satu debitur dana BLBI, yang meminjam uang ke Bank BRI, BNI, dan sejumlah bank swasta kala krisis keuangan melanda saat itu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, lini usaha engineering Texmaco berutang Rp8 triliun dan 1,24 juta dollar AS. Kemudian lini usaha tekstilnya berutang Rp5,28 triliun dan 256,59 juta dollar AS. Serta utang dalam bentuk valuta asing lainnya.

"Utang itu statusnya macet. Saat krisis 1997-1998, bank-bank tersebut di-bail out, maka hak tagih nya diambil alih oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional)" ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual di kanal YouTube Kementerian Keuangan, Kamis (23/12/2021).

Ia menyebut, selama ini pemerintah sangat suportif kepada Grup Texmaco.

Baca Juga: Menkeu: Grup Texmaco Punya Utang BLBI Rp29 Triliun, tapi yang Diakui Hanya Rp8 Triliun

"Bahkan pemerintah meminta BNI memberi penjaminan terhadap LC-nya (letter of credit) agar usaha textil nya tetap jalan," sambungnya.

Sebagai informasi, Letter of Credit adalah jaminan pembayaran oleh perbankan, agar eksportir bisa menerima uang segera setelah mengirimkan barang kepada pembeli.

Pemilik Texmaco kemudian bertemu dengan pemerintah dan menandatangani Master of Restructuring Agreement.

Dalam persetujuan itu, pemilik Texmaco setuju utang 23 anak usaha Grup Texmaco dialihkan ke 2 perusahaan holding yang diberikan pemiliknya.

Kemudian, kedua holding tersebut akan menerbitkan exchangable bond yang akan menjadi pengganti udang-utang mereka di bank.

Jangka waktu exchangable bond adalah 10 tahun dengan bunga 14 persen untuk rupiah dan 7 untuk obligasi dalam bentuk dolar.

Baca Juga: Satgas BLBI Bukukan Penerimaan Uang Rp313 M dan Sita 13 Juta Meter Persegi Aset Obligor/Debitur

"Tapi gagal bayar lagi pada 2004. Sehingga Texmaco tidak pernah bayar kupon dari utang yang sudah dikonversi menjadi exchangable bond itu," ucap Sri Mulyani.

Kemudian pada tahun 2005, pemilik Texmaco mengakui memiliki utang sebesar Rp29 triliun dan 80,57 juta dollar AS kepada pemerintah.

Ia menyatakan, aset milik operating company dan holding company menjadi jaminan utang tersebut. Pemilik juga menyatakan tidak akan mengajukan gugatan ke pemerintah.

"Tapi nyatanya malah menggugat ke pemerintah dan menjual aset-aset operating company yang harus nya dipakai buat bayar utang ke pemerintah. Bahkan pemiliknya bilang utangnya hanya Rp8 triliun," tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Premium dan Pertalite Akan Dihapus, SPBU Hanya Jual Pertamax

Sri Mulyani mengatakan bahwa pemilik Grup Texmaco tidak memiliki iktikad baik, padahal sudah diberikan peluang berkali-kali.

"Setelah lebih dari 20 tahun, sekarang kita sita aset-asetnya," tegas Sri Mulyani.

Di lahan Texmaco yang disita, terdapat Sekolah Tinggi Teknik dan Sekolah Menengah Kejuruan.

Menkeu memastikan, 2 sekolah itu tetap dibuka seperti biasa namun asetnya berpindah tangan ke pemerintah. Sehingga masyarakat tidak dirugikan.

Penulis : Dina Karina Editor : Fadhilah

Sumber :


TERBARU